Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Penulis - Ghostwriter

Juru ketik di emperbaca.com. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022. Peduli pendidikan dan parenting

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kasak-kusuk Ganti Untung Proyek Tol

29 Oktober 2021   09:56 Diperbarui: 29 Oktober 2021   10:11 2264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pembangunan jalan tol. Foto: kompas.com/Andreas Lukas Altobeli

Orang-orang di dusun saya dan beberapa warga dari dusun tetangga sudah kasak-kusuk membicarakan berapa duit yang bakal mereka terima dari pembebasan lahan untuk proyek jalan tol Jogya-Bawen.

Warga yang lahannya terdiri dari tanah dan bangunan semringah. Bu Kades mengabarkan bahwa bangunan juga akan dapat ganti rugi selain dari nilai tanah. 

Berapa nilainya? Belum ada kesepakatan, tapi warga yakin akan dibayar jauh diatas NJOP (Nilai Jual Objek Pajak). Kata mereka pembebasan lahan di era Jokowi berkonsep ganti untung, bukan ganti rugi.

Itu berarti pemilik tanah-bangunan akan dapat lebih banyak dari warga yang hanya punya tanah sawah. Apalagi kabar burung mengatakan bahwa duit langsung diberikan kepada warga, tidak lewat calo atau perantara. Berarti duit mereka bakal utuh tidak disunat.

Sebenarnya skema "ganti untung" sudah diamanatkan dalam UU Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.

Berdasarkan Pasal 33 UU No. 2/2012, besarnya nilai ganti kerugian dilakukan bidang per bidang tanah, yang meliputi: tanah, ruang atas tanah dan bawah tanah, bangunan, tanaman, benda yang berkaitan dengan tanah, dan atau kerugian lain yang dapat dinilai.

Jadi, kalau yang kena gusur itu warung, bengkel, atau sekolah gantinya akan lebih besar daripada bangunan rumah biasa.

Awalnya rute jalan tol layang itu akan lurus dari kawasan Candi Borobudur di Kecamatan Mungkid lewat ke Desa Sriwedari, Sokorini, dan Congkrang di Kecamatan Muntilan sampai ke Jogya.

Ternyata patok trase itu berubah jadi melewati desa kami. Jadilah kehebohan ganti untung tadi muncul. Apalagi Bu Kades akan secepatnya mengadakan pertemuan dengan warga yang lahannya kena gusur.

Kakak ipar saya juga termasuk yang heboh. Dia berharap sawah ibunya dapat ganti Rp3jt per meter, berdasarkan keyakinannya pada pembebasan lahan di Mlati, Sleman, Jogyakarta.

Warga lain menimpali, "Itu kan Jogya, kalau disini pasti lebih murah. Lagian kalau cuma tanah sawah, ya, gak segitu. Paling Rp300 ribu-an, apalagi sawahnya bukan di pinggir jalan."

Betul. Bu Kades juga sudah bilang bahwa kalau sawahnya produktif mungkin bakal dapat lebih besar daripada tanah kosong yang tidak terurus.

Lalu, apakah warga yang punya tanah nganggur lantas menanaminya dengan palawija supaya jadi produktif dan dapar ganti lebih besar?

Tidak. Mengolah lahan jadi subur perlu modal. Warga tidak punya modal atau tidak punya tenaga kerja untuk mengolahnya. 

Di tengah kasak-kusuk itu ada warga yang mengatakan ingin beli Fortuner. Mobil idamannya yang bakalan keren kalau dia setiri. Dia bahkan berniat untuk kursus setir mobil sebelum nanti uang ganti untung diterima.

Ada juga warga yang ingin menabung untuk biaya kuliah anaknya. Dia ingin anaknya kuliah ke luar negeri. Di negeri mana? Yang dekat-dekat saja, kata dia.

Warga lain ingin beli rumah dan bikin peternakan lele besar-besaran karena, kata dia, pasti laku karena banyak warung makan pecel lele.

Diantara kegembiraan warga karena bakal menerima rejeki nomplok dari proyek tol, saya mikir. Kalau tol itu sudah jadi, rumah kami akan berada persis di bawah tol di lahan yang tidak kena pembebasan.

Sangat mungkin bisingnya kendaraan yang lalu lalang akan terdengar sampai ke rumah. Belum lagi selama dibangun tiang pancang pasti juga menimbulkan kebisingan dan debu yang beterbangan.

Tidak apa-apa, kalau tolnya sudah jadi, kami juga yang menikmatinya. Mudik ke Jakarta bisa lebih cepat karena tol Jogya-Bawen direncanakan akan terhubung ke tol Trans Jawa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun