Singkatnya, pro gamer main di genre perorangan. Sedangkan pro player, baik gim beregu atau gim perorangan yang dia mainkan, selama terikat kontrak dengan tim esports dia tetap disebut pro player.
Penghasilan
Pro gamer dapat duit dari turnamen yang mereka menangkan. Kadang mereka dapat "endorsement" atau paid promote di akun medsos mereka dari perusahaan atau distributor yang berhubungan dengan gim.
Pro player dapat gaji dari manajemen tim esports sesuai kontrak. Pada tim esports profesional, pro player tetap dibayar meski mereka kalah pada satu turnamen. Sementara di tim esports amatir, bayaran untuk pro player tergantung kesepakatan bersama.
Sampai saat ini ada 21 tim esports profesional yang ada dalam daftar PB ESI (Pengurus Besar E-Sport Indonesia).Â
Ke-21 tim itu punya divisi yang memainkan gim yang berbeda, misal tim The Pillars punya divisi PUBG Mobile, Free Fire, dan Mobile Legends. Penggemar band Noah pasti tahu kalau The Pillars adalah tim bikinan vokalis band itu, Ariel.
Lalu bagaimana kalau pro gamer dan pro player masuk timnas dan membela negara? Disinilah mereka disebut sebagai atlet esports.
Pro player dan pro gamer yang mewakili kota/kabupaten atau provinsi pada turnamen nasional juga disebut atlet karena esports sudah diakui sebagai cabang olahraga.
Namun, kita orang awam boleh saja menyebut para pro ini dengan gamer, player, atau atlet esports jika kebetulan sedang membicarakan tentang esports.Â
Tidak perlu dibikin ribeud karena esports memang hal baru di Indonesia walau ga baru-baru amat, sih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H