Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ghostwriter

Juru ketik di emperbaca.com. Penulis generalis. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Saraf Cermin Super Aktif Dimiliki Orang yang Tidak Suka Film Horor dan Kekerasan

19 Oktober 2021   15:59 Diperbarui: 20 Oktober 2021   01:17 1949
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi | Sumber: istockphoto

Pada 1990-an diperkirakan 15-20 persen orang dari total populasi dunia memiliki mirror neurons (saraf cermin) yang sangat aktif. Sampai tahun 2020 diperkirakan jumlahnya meningkat jadi 30%.

Pemilik mirror neurons yang super aktif ini adalah mereka yang disebut sebagai Highly Sensitive Person (HSP) alias orang yang peka banget. 

Istilah ini datang dari Dr. Elaine Aron, psikolog yang hasil risetnya telah dipublikasikan di Journal of Analytical Psychology tahun 1996.

Pada orang yang sangat peka, aktivitas saraf cermin mereka lebih aktif dibandingkan orang non-peka.

Saraf cermin pada otak bekerja "memberi cermin" pada si empunya agar memosisikan diri pada aktivitas yang sedang dilakukan orang lain atau perasaan yang sedang dirasakan orang itu.

Karena berkaitan dengan kerja saraf, maka, hipotesa Dr. Elaine menyebut orang dengan kepribadian Highly Sensitive Person (HSP) diwariskan secara genetik.

Itulah sebab HSP bukan gangguan mental apalagi penyakit jiwa, tapi berupa kepribadian yang bukan gangguan kepribadian (personality disorder)

Pemilik kepribadian Sangat Peka tidak suka menonton film horor dan kekerasan.

Mereka menghindari jenis film seperti itu karena saraf cermin mereka yang sangat aktif bakal membuat mereka seolah-olah berada dalam film, entah jadi korban, pelaku, atau lain-lainnya yang terlibat dalam situasi seram dan brutal tersebut.

Bagi orang lain menonton film seram dan penuh adegan kekerasan sama dengan memacu adrenalin yang kemudian memunculkan endorfin (hormon yang memunculkan perasaan senang setelah melakukan aktivitas yang memuaskan).

Buat orang yang sangat peka menonton film genre itu sama dengan menyiksa diri.

Ilustrasi | Sumber: istockphoto
Ilustrasi | Sumber: istockphoto

Jika orang normal langsung melupakan adegan seram dan sadis dalam film, Highly Sensitive Person (HSP) masih memikirkan adegan yang mereka lihat sampai berminggu-minggu lamanya, walau di antara waktu itu mereka telah menonton banyak film lain.

Saya bukan HSP, tapi termasuk di antara sedikit orang yang tidak suka film horor dan kekerasan, termasuk menonton Squid Game yang digilai seantero jagat itu.

Walau telah diberitakan sebagai film yang bernuansa kekerasan, saya penasaran karena banyak Kompasianer yang menulis ulasan positif tentang pesan moral dan permainan tradisional dari negeri ginseng. 

Ada juga yang menulis peringatan bahwa menonton film kekerasan seperti Squid Game berbahaya buat kesehatan mental.

Yang terakhir itu saya setuju!

Saya menonton serial Squid Game sepanjang 9 episode hanya dalam 1,5 jam karena banyak cerita dan adegan saya lewati.

Bagaimana mau memerhatikan pesan moral kalau di episode 1 melihat puluhan orang mati ditembak saja (cuma gara-gara tubuh mereka bergerak saat "lampu merah") saya sudah deg-degan setengah mati.

Darah muncrat di mana-mana dan yang paling membekas adalah darah yang muncrat dari kepala bolong hasil tembakan peluru. Bagi orang lain adegan itu biasa saja. Buat saya sudah sangat sadis!

Orang yang sangat peka juga menghindari film horor karena "siksaannya" berlipat-lipat. Selain banyak visualisasi seram dan mengerikan, film horor pasti juga memuat banyak adegan kekerasan berdarah-darah.

Orang yang sangat peka sama dengan baper?

Baper (terbawa perasaan) cenderung berkonotasi negatif. Kebaperan muncul karena pengaruh dari melihat atau mengalami situasi tertentu yang lalu mempengaruhi suasana hati.

Seseorang bisa memilih untuk jadi baperan atau tidak karena baper bukan kepribadian.

Orang yang sangat peka dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain karena dorongan mirror neuron (saraf cermin) mereka yang sangat aktif.

Misal, saat nonton bola kita melihat ada pemain yang kemaluannya kena tendang pemain lawan.

Saat kemaluan itu tertendang, kita ikut merasakan kesakitan yang sama dengan yang dialami pesepak bola karena mirror neurons memberi "cermin" bahwa kita juga ikut kena tendang.

Lalu motor neurons langsung memberi tahu, "Tenang aja, yang kena tendang itu orang lain, bukan kita."

Itu sebab Highly Sensitive Person (HSP) mudah memahami perasaan orang lain, tapi tidak menjadikan hal itu sebagai perasaannya sendiri.

Orang baperan menjadikan apa yang mereka lihat dan rasakan sebagai perasaannya sendiri.

Keuntungan jadi Highly Sensitive Person (HSP)

1. Sangat kreatif dan imajinatif

Orang yang sangat peka sangat kreatif karena memproses sesuatu lebih dalam dan detail daripada non-HSP. 

Daya imajinasi mereka juga tinggi, bahkan rumit. Kalau mau, mereka dapat mewujudkan imajinasi dan kreativitas itu ke dalam bentuk yang tidak disangka banyak orang. Sayang, HSP lebih sering malu daripada memamerkan kreativitasnya.

2. Dapat membaca pikiran dan perasaan orang lain meski hanya lewat chatting atau dari tulisan

Saking seringnya berempati pada apa yang dirasakan orang lain, orang berkepribadian HSP dapat membaca pikiran dan perasaan orang lain meski hanya lewat komunikasi pesan instan dan tidak saling bersemuka.

3. Dibutuhkan untuk jadi teman curhat yang tidak menghakimi dan pemberi solusi

Orang yang sangat peka akan mendengarkan cerita dan wajah orang lain dengan seksama, tanpa menyela apalagi memotong curhatan.

Mereka bakal mendengar sampai si pencurhat tidak lagi punya kata-kata untuk dicurhatkan. Kemudian, jika diminta, HSP akan memberi masukan berdasarkan apa yang dirasakan oleh si pencurhat.

4. Bakat alam jadi psikolog atau psikiater andal

Highly Sensitive Person (HSP) sering menganalisa suasana hati seseorang dari ekspresi wajah. 

Mereka bisa membedakan detail dan fokus pada perubahan sekecil apapun untuk mengetahui apakah seseorang sedang happy, boring, atau sedih.

Highly Sensitive Person (HSP) tidak cuma peka terhadap adegan horor dan kekerasan.

Mereka bakal sangat berbunga-bunga ketika nonton film romantis. Pun akan terpingkal-pingkal lebih lama selagi menonton film humor. Lebay banget, ga, sih? Enggak, itu karena saraf cermin mereka lebih aktif dibanding orang non-peka.

Tidak menonton film horor dan kekerasan bukan satu-satunya yang dihindari orang yang sangat peka. Mereka juga menjaga diri dengan tidak mendatangi pesta bising dan tidak membaca juga menonton berita-berita negatif.

Riset terbaru yang dilakukan Dr. Elaine Aron membuktikan bahwa 30% orang berkepribadian HSP adalah ekstrovert, sisanya, 70%, adalah orang-orang introvert.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun