Riset yang dilakukan Macquarie University Australia pada 2019 menemukan bahwa ketika fans musik metal diperlihatkan video yang mengandung kekerasan, mereka tidak terpengaruh.
Sementara kelompok orang nonpenggemar metal yang diperlihatkan tontonan penuh kekerasan, terpengaruh dan ada reaksi agresif.
Hidup yang tenang dan tidak terpicu untuk melakukan kekerasan kepada siapa dan apapun, bagus untuk kesehatan mental, kan.
Menjadikan kita orang yang berpikir kritis
Studi yang dilakukan MacEwan University, Kanada memunculkan hasil bahwa musik metal ternyata dapat memicu pemikiran ilmiah, menumbuhkan pemahaman tentang masalah-masalah logis.
Metodologi penelitian yang dilakukan MacEwan University dapat dibaca disini.
Manfaat diatas didapat dalam jangka panjang, ya. Bila musik metal didengarkan dalam keadaan sadar, tidak sambil nyimenk, nyabu, atau high, maka kesehatan mental yang didapat akan optimal.
Hati-hati bagi para headbanger. Saya comot dari kompas.com, headbanging 146 kali per menit bisa membuat sakit kepala, pusing, cedera leher, dan cedera otak traumatis jika menggerakkan kepala dan leher lebih dari 75 derajat.
Headbanging adalah menggoyang-goyangkan dan mengangguk-anggukkan kepala mengikuti irama lagu metal.Â
Kalau saya lebih cocok dengar Burgerkill daripada Siksakubur. Walau sama-sama beraliran death metal, musik Siksakubur lebih brutal, keras berdentum-dentum, dan liriknya tidak bisa didengar kecuali suara vokalisnya teriak-teriak mengalahkan teriakan buruh pada peringatan may day.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H