Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Penulis - Ghostwriter

Juru ketik di emperbaca.com. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022. Peduli pendidikan dan parenting

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Hati-hati, Kehilangan Orang Tersayang Dapat Memicu PTSD

17 Juli 2021   11:12 Diperbarui: 18 Juli 2021   15:59 3807
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sedih (Sumber: Shuttestock via health.kompas.com)

Kehilangan terbesar saya yang pertama adalah saat adik perempuan meninggal pada 25 Januari 2021 lalu karena penyakit Cushing Syndrome. Di hari terakhir hidupnya ternyata dia juga positif Covid.

Sejak kematian adik bungsu kami, adik laki-laki saya tidak bisa tidur, selalu was-was jika mendengar ponselnya berbunyi, sering pusing, tidak bisa konsentrasi ke pekerjaan, hilang nafsu makan, dan sakit asam lambungnya sering kambuh.

Setelah dokter yang memeriksanya memastikan tidak ada penyakit berbahaya di tubuhnya, kecuali asam lambung yang mengarah pada GERD, dia diminta memeriksakan ke psikolog. Hasilnya dia didiagnosis mengidap gangguan kecemasan (anxiety disorder) yang dipicu oleh kematian adik kami.

Kehilangan terberat yang kedua buat saya adalah pada 15 Juli 2021 sepupu dari garis ibu berpulang karena Covid. Dia terlambat dapat penanganan karena harus menunggu ada tempat tidur yang kosong di RS Jakarta dan Depok. 

Sepupu saya itu sudah saya anggap kakak kandung karena waktu kecil saya sering dititipkan di rumah ibunya selagi ibu saya di kantor. Kami saling berbagi hampir semua hal sampai dewasa.

Tragisnya lagi, hari ini ayahnya ikut meninggal karena jantungnya tidak dapat diselamatkan usai terpapar virus Corona.

Beruntung, saat kehilangan saudara kandung, sepupu, adik ipar, kakak ipar, dan paman secara beruntun, saya masih bisa tidur, makan-minum, dan membimbing anak-anak mengikuti Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dari sekolah meski air mata terus tumpah, jadi tidak sampai harus ke psikolog.

Ditinggal mati orang yang kita sayangi nyatanya dapat memicu Post-traumatic Stress Disorder (PTSD) atau gangguan stres pascatrauma, terlebih jika kita menjadi saksi kematian seseorang atau mengalami kejadian yang menyebabkan orang lain meninggal.

Menurut Layanan Kesehatan Nasional (NHS) Inggris, PTSD adalah gangguan kecemasan yang disebabkan oleh peristiwa yang sangat menegangkan, menakutkan, atau menyedihkan.

Belum ada definisi tentang gangguan stres pascatrauma dari Kementerian Kesehatan RI. Situs kedokteran seperti alodokter, klikdokter, dan halodoc memuat definisi, gejala, dan penanganan PTSD dari situs luar negeri.

Gejala orang yang akan mengalami PTSD secara kasat mata dapat berupa:

  1. Sering marah, tegang, atau gelisah.
  2. Muncul gejala fisik seperti jantung berdebar, berkeringat atau hiperventilasi.
  3. Kilas-balik trauma atau memikirkan apa yang mungkin dialami orang tersebut di saat-saat terakhir mereka.
  4. Penghindaran terus-menerus dari hal-hal atau peristiwa yang mengingatkan kita pada orang yang meninggal atau tempat di mana tragedi itu terjadi.
  5. Mengalami masalah tidur atau mimpi buruk.
  6. Mengubah rutinitas pribadi untuk menghindar dari ingatan terhadap orang yang sudah meninggal.
  7. Perasaan bersalah dan menyalahkan diri sendiri atas peristiwa kematian seseorang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun