Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Penulis - Ghostwriter

Juru ketik di emperbaca.com. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022. Peduli pendidikan dan parenting

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Sains, Perjalanan Waktu, dan Kasih Sayang yang Menyelamatkan Dunia di "The Tomorrow War"

12 Juli 2021   00:07 Diperbarui: 12 Juli 2021   19:56 1662
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belajarlah sungguh-sungguh selama di sekolah, karena setiap ilmu pasti berguna, bahkan bisa menyelamatkan dunia.

Alkisah, Dan Forester yang seorang veteran perang berpangkat Sertu, punya mimpi jadi ilmuwan. Selepas resign dari militer, dia kuliah lalu jadi guru biologi SMA sambil mencari peluang bekerja di laboratorium Angkatan Darat

Saat dunia sedang damai, tiba-tiba datang sekelompok prajurit bersenjara lengkap mengaku datang dari tahun 2051. Mereka muncul dari langit di tengah pertandingan sepak bola Piala Dunia yang sedang berlangsung di Qatar.

Adanya scene Piala Dunia ini saya pikir unik. Orang Amerika, tempat film ini berlatar, menggemari futbal dan basket daripada sepak bola. Tapi saya langsung ingat film The Tomorrow War bukan keluaran Hollywood (yang mayoritas filmnya dibuat dari sudut pandang Amerika), tapi bikinan penyedia platform streaming film Amazon Prime Video.

Saya sendiri rela memperpanjang langganan di Prime Video (yang lebih mahal daripada Netflix dan Disney+ Hotstar) demi menonton aksi Chris Pratt yang berperan sebagai Dan Forester.

Saya suka akting Chris Pratt sejak dia muncul di film Wanted, Moneyball, The Magnificent Seven, The Passenger, The Jurassic World, Guardian of the Galaxy, dan Avengers: Infinity War.

Sepertinya saya menonton hampir semua film yang dibintangi Chris Pratt sejak 2009 saat dia jadi pemeran pendukung di Jennifer's Body yang dibintangi Megan Fox.

The Tomorrow War disebut sebagai film terbesar Chris Pratt karena masuk dalam 30 film terpopuler saat ini, versi Rotten Tomatoes, bersama F9, Luca, dan The Conjuring: The Devil Made Me Do It.

Yang paling menarik dari film berbiaya $200 juta ini adalah perjalanan waktu dari tahun 2022 ke 2051 bolak-balik. 

Perjalanan waktu dilakukan untuk merekrut warga jadi prajurit guna membantu perang melawan White Spikes, alien warna putih bertentakel, bercakar, dan bergigi tajam.

Warga rekrutan akan pergi ke tahun 2051 selama tujuh hari. Kalau selama tujuh hari para rekrutan berhasil selamat, mereka akan otomatis kembali ke tahun 2022 menggunakan ban tangan yang terhubung ke Jump Link.

Jump Link adalah perangkat teknologi yang dapat membawa puluhan orang sekaligus untuk pulang-pergi ke masa depan.

Tidak seperti mobil mesin waktu di film Back to the Future yang dapat pergi ke tahun berapapun, Jump Link hanya dapat membawa manusia pergi dari 2022 ke 2051 dan sebaliknya.

Percakapan Dan Forester dengan warga rekrutan bernama Charlie, tentang usia prajurit dan warga yang direkrut, sedikitnya menjawab kenapa Jump Link tidak bisa digunakan untuk bepergian ke tahun yang berbeda-beda. Alasannya: untuk menghindari paradoks waktu.

Warga yang direkrut semua sudah berusia diatas 40 tahun. Secara matematis pada 2051 mereka sudah tua atau tutup usia, sehingga tidak akan menjumpai diri mereka sendiri.

Para prajurit yang datang dari 2051 juga dipilih yang lahir diatas 2022, juga untuk mencegah pertemuan dengan diri mereka sendiri.

Penghindaran terjadinya paradoks waktu juga dapat mencegah membanjirnya jumlah White Spikes di bumi akibat masa lalu dan masa depan yang berubah.

Ada satu yang saya sayangkan. Warga rekrutan banyak yang mati pada waktu datang dari 2022 ke 2051 karena posisi datang mereka terjun dari langit! Tubuh mereka berdebam terbentur beton bangunan dan jalan aspal. Sia-sia.

The Tomorrow War mungkin film science fiction dengan sains yang paling kental, berbobot, sekaligus masuk akal.

Anak Dan Forester yang bernama Muri, di 2051 telah menjadi ilmuwan sekaligus kolonel Angkatan Darat yang mengepalai lab rekayasa genetik sekakigus menjadi komandan lapangan.

Toksin yang dapat membunuh White Spike lahir dari tangan Muri. Sedangkan cara menggunakan toksinnya datang dari Martin.

Martin adalah siswa di kelas Dan Forester yang menggilai gunung berapi purba. Teori Martin tentang ledakan dahsyat gunung berapi pada tahun 946 yang memicu penurunan suhu, membawa Dan, Charlie, dan Dorian (warga rekrutan yang sudah tiga kali bertugas ke tahun 2051) mendapat jawaban dari mana sebenarnya White Spikes berasal.

Meski kental dengan sains, film ini tidak bikin pusing apalagi mikir. Durasi 2 jam 20 menit dirasa kurang karena perpaduan laga aksi dan drama keluarga antara Dan, Muri, dan James (ayah Dan, diperankan oleh aktor legendaris JK Simmons) dikemas manis, mengharu-biru, dan seru dengan sedikit bumbu komedi.

Dalam waktu empat hari setelah rilis pada 2 Juli 2021, The Tomorrow War telah ditonton 2,4 juta akun hanya dari Amerika Serikat, belum termasuk penonton dari 240 negara lain.

Itulah sebab Amazon Prime dan Skydance sudah berencana membuat sekuelnya dengan menggandeng Paramount untuk penayangan di bioskop.

Aktor, sutradara, dan penulis skenario di sekuelnya bakal sama seperti the Tomorrow War pertama, yaitu Chris Pratt, Chris McKay, dan Zack Dean.

Biaya langganan Amazon Prime Video, untuk menonton film ini, dapat berbeda di tiap operator seluler di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun