Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ghostwriter

Pekerja sektor informal. Juru ketik di emperbaca.com. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kita Tidak Lagi Bersurat

18 Mei 2021   11:13 Diperbarui: 18 Mei 2021   11:44 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lama tidak bersurat, Tuan. Hanya bersurat saja cukup karena tak bernyali saya bersua apalagi bergurau. Yang saya bisa hanya meribang.

Sebab tiada ribang yang terlarang. Dia terlarang jika dituntaskan dengan syarah yang bergairah. Diriku tidak begitu, cukup sanda menemui Tuan dalam mimpi senyap yang hangat. 

Sebab kehangatan adalah semangat jiwa. Bak pujangga perangkai kata yang menyelimuti hati. Ibarat kemarau tanpa matahari. Hangat dan menenangkan dalam diam.

Lama tidak bercakap, Tuan. Bercakap dalam kata di layar yang menyilaukan netra. Sesekali sanda tertawa dan mengulum senyum. Bahagia terwakili kata-kata.

Sebab bahagia adalah hak yang bernyawa. Tiada berdosa bila bahagia tanpa yang lain terluka.

Jangan terluka oleh sanda, bilang saja bila tak hendak dicinta. Apalah arti cinta dan gembira bila tangan hanya bertepuk sebelah saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun