Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ghostwriter

Juru ketik di emperbaca.com. Penulis generalis. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Peluang Netizen Memonetisasi Akun Medsosnya Lewat Influencer Agency

8 Mei 2021   13:07 Diperbarui: 8 Mei 2021   18:06 985
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu cara memonetisasi akun medsos kita menjadi "akun bayaran" adalah dengan menggunakan jasa influencer agency (Sumber: Envanto Elements)

Punya followers banyak dan tiap posting selalu dapat belasan Like?  Mungkin akun medsos Anda bisa dimonetisasi.

Terjemahan bebas dari monetisasi adalah mengelola atau mengolah blog atau status, foto, dan postingan di akun media sosial yang mencerminkan keinginan sponsor tertentu tanpa mengurangi ciri khas si empunya akun.

Sampai saat ini "monetisasi" adalah kata serapan bahasa Inggris yang belum masuk pemutakhiran KBBI. Kata yang ada di KBBI adalah demonetisasi, yang artinya tindakan melepaskan unit mata uang sehingga menjadi tidak sah.

Salah satu cara memonetisasi akun medsos kita menjadi "akun bayaran" adalah dengan menggunakan jasa influencer agency.

Harap diingat, akun sebesar Atta Halilintar, Awkarin, Tanboy Kun, atau Ria Ricis sudah tidak memerlukan influencer agency. Mereka punya manajemen sendiri yang sudah bekerjasama dengan perusahaan dan jenama ternama.

Jadi, influencer agency berguna untuk netizen atau warganet dengan banyak followers namun belum sebanyak followers yang dimiliki seleb medsos.

Para pemasang iklan yang menggunakan jasa influencer agency akan memilih akun medsos mana yang cocok untuk memasarkan produk atau jasa mereka. Sedangkan warganet dapat memilih influencer agency yang sesuai karakter akun mereka.

Misal, akun yang banyak mengulas tentang game akan dicari oleh distributor konsol game. Akun medsos yang sering memposting baju muslim akan dilirik oleh lini busana muslim. Kalau akunnya untuk narsis-narsis aja bisa, enggak? Bisa saja dapat endorse juga kalau followersnya banyak dan engagementnya tinggi.

Ada agensi yang menginginkan influencer dengan jumlah followers ribuan beserta engagement yang tinggi. Ada juga yang menerima akun dengan followers dibawah 1000 meski tetap mensyaratkan engagement tinggi. Pun ada yang menerima engagement rendah namun followersnya harus diatas 5000.

Engagement dalam media sosial berarti interaksi, komunikasi dua arah, atau seberapa banyak postingan itu dibaca orang.

Di Twitter, engagement dapat dibaca melalui impression. Impressions adalah seberapa banyak twit kita dilihat orang. Jika kita punya 800 followers dan semuanya kebetulan sedamg online lalu melihat cuitan kita, maka kita dapat 800 impression.

JIka ada yang me-like dan me-reply cuitan itu dengan melihat cuitan aslinya, maka impression yang kita dapat bisa 2-3 lipat. Impression inilah yang bernilai di mata para (calon) pemasang iklan.

Kerabat saya pernah bekerjasama dengan beberapa hotel di Jawa Tengah. Setiap kali mencuit tentang kegiatan dan produk hotel yang bekerjasama dengannya, dia dapat Rp150rb. 

Berapa kali cuitan yang dibutuhkan? Tergantung kesepakatan dengan pihak hotel. Bayaran untuk cuitannya dia terima di akhir bulan.

Memangnya berapa jumlah followers yang dipunyai kerabat saya itu? Saat menerima "endorsement" followersnya hanya 1500-an (kini sudah bertambah jadi 2245 followers). 

Dia bukan sembarang netizen. Selain pernah menjadi penyiar televisi, dia juga seorang travel blogger yang memenangkan event dari Dinas Pariwisata Jateng. Namanya juga lumayan dikenal di kalangan backpacker.

Maka itu meski jumlah followersnya hanya 1500 namun dinilai efektif untuk pemasaran karena yang memfollownya mayoritas adalah traveler.

Jumlah minimum followers yang diinginkan tiap agensi bisa berbeda-beda tergantung jenis medsos yang didaftarkan oleh warganet.

Saya katakan tergantung jenis medsos karena jumlah followers 5000 di Twitter sudah dianggap banyak daripada di Instagram. 

Di Instagram, 5000 followers dianggap sedikit karena pengguna Instagram jauh lebih banyak daripada Twitter. Pun di YouTube, 5000 subscribers dianggap "belum ada apa-apanya" walau sudah bisa dimonetisasi melalui iklan dari YouTube itu sendiri.

Berdasarkan data dari Global Web Index (GWI) yang dikutip beritasatu.com, besarnya pengguna Twitter di Indonesia pada triwulan ketiga 2020 menempati peringkat ke-5, sementara Instagram ada di urutan ke-3. Posisi pertama ada di tangan YouTube.

Bicara soal influencer, apakah beda dengan buzzer? Buzzer adalah pendengung. Dia dibayar dengan kontrak tertentu untuk mempengaruhi warganet. 

Seorang buzzer tidak perlu punya banyak followers untuk mempengaruhi opini publik karena followers bisa didapat belakangan.

Sedangkan seseorang harus lebih dulu punya banyak followers dan kekhasan postingan di medsosnya sebelum jadi influencer.  

Boleh kalau Anda mau jadi buzzer atau influencer, asal jangan jadi warganet yang senangnya nyinyir dan mengurusi hidup orang lain melulu, yes.

Lho, nyinyir dan julid itu, kan, ciri khas netizen?!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun