Jika ada lelaki yang berpoligami, simpati dan empati orang pasti langsung tertuju pada istri pertama. Jarang ada yang berpikir apa yang akan terjadi dengan anak-anaknya jika si ayah punya istri baru yang darinya lantas dia punya anak sambung dan kandung lagi.Â
Lagipula mengapa hati mesti dibagi-bagi, wahai lelaki, kalau di tubuhmu saja hanya ada satu?
Secara garis besar ayah yang berpoligami pasti berpengaruh pada pola asuh anak. Anak juga akan punya pemahaman, pemikiran, dan perasaan terhadap rumah tangga orang tuanya yang tidak normal, sesuai tahapan usia mereka.
Usia Sekolah
Seorang ayah yang penuh kasih sayang, suportif, dan terlibat dalam perkembangan anaknya, dapat berkontribusi besar pada kecerdasan kognitif, bahasa, dan sosial anaknya.Â
Hal itu bahkan tidak terpengaruh oleh pendidikan ayah. Artinya meski si ayah hanya tamatan SD atau bahkan buta huruf, anak-anak yang dekat dengannya tetap punya kecerdasan kognitif yang lebih tinggi dari anak yang tidak dekat dengan ayahnya.
Bila si ayah punya dua atau tiga istri bagaimana dia bisa menghabiskan quality time yang optimal dan membangun ikatan dengan anak-anak dari istri pertama kalau dia harus membaginya dengan anak dari istri yang lain?
Menurut Fauzil Adhim, ustadz yang juga penulis buku-buku parenting, kehadiran ayah secara psikologis pada usia-usia dini (0-6 tahun) sangat penting untuk menciptakan rasa aman, nyaman, dan bahagia pada keluarganya.
Bagaimana kebahagiaan itu bisa diberikan secara maksimal kalau si ayah jadi kepala bagi dua, tiga, atau empat keluarga?
Selain itu, ada istri-istri yang kita lihat akur satu sama lain, bahkan berfoto bersama suami mereka. Tidakkah itu membingungkan jika dilihat anak?
Itu siapa yang berfoto bersama ayah-ibuku?
Istri-istri sang ayah kerap bertemu, bersosialisasi, dan makan bersama, lambat-laun akan dikenali si anak sebagai istri lain ayahnya.
Jika dia memanggil ibu kandungnya dengan sebutan "Umi" maka dia akan diminta memanggil "Bunda" atau "Ibu" kepada istri lain ayahnya.
Bagi anak itu membingungkan. Jika ibuku adalah Umi, berarti Bunda ibuku juga? Dia tahu ibu kandungnya disebut Umi, tapi dia mengenali bahwa panggilan Bunda dan Ibu adalah untuk panggilan untuk seorang ibu seperti uminya.
Ini mirip seperti yang dialami oleh Arsy (6 tahun), anak penyanyi Anang dan Ashanty. Dia bingung kenapa Krisdayanti sering memperkenalkan diri sebagai "mamanya kakak (Aurel dan Azriel)" sementara yang Arsy tahu, Aurel dan Azriel itu punya ibu yang sama seperti dirinya, yaitu Ashanty.
Bila Arsy yang ayahnya cuma mantan duda saja kerap bingung, apalagi anak yang ayahnya berpoligami.
Usia Remaja
Ini adalah masa penting dimana hasil bonding dan pengasuhan ayah sudah jelas terlihat. Di masa remaja pergaulan anak sudah makin luas dan aktivitasnya pun tambah banyak.
Anak yang sewaktu kecil dekat dengan ayahnya akan memiliki keterampilan berbahasa yang lebih baik, sedikit memiliki masalah perilaku, dan berhasil dalam hal akademik.
Anak yang dekat dengan ayahnya punya emosi yang lebih stabil daripada kebanyakan remaja. Dia juga dapat berpikir dan mengendalikan keinginannya untuk mencoba sesuatu yang liar seperti seks bebas, narkoba, dan tawuran.
Hal itu dapat terjadi karena pola interaksi antara anak dan ayahnya yang penuh kasih sayang dapat memengaruhi perasaan si anak tentang diri mereka sendiri. Sifat-sifat yang muncul dari pola interaksi itu akan terbawa di lingkungan sosial.
Pada anak dari ayah yang berpoligami, sangat mungkin ada kecemburuan antaranak dari ibu yang berbeda. Dia dapat merasakan jika ayahnya lebih dekat dengan istri dan anaknya yang lain.
Ahh, itu cuma perasaan dia saja, nyatanya saya adil, kok. Si ayah yakin begitu, tapi si remaja merasa ayahnya tidak adil sebab dia melihat dari sudut pandang seorang remaja yang perlu tangan ayahnya untuk melewati hari-harinya di sekolah, pergaulan, dan lingkungannya.
Bagaimana sang ayah dapat mengawasi anak-anaknya satu persatu sementara dia sendiri sibuk berlaku adil dalam membagi nafkah lahir-batin istri-istrinya?
Ya sudah, daripada ada kecemburuan lebih baik si ayah tidak dekat saja dengan semua anaknya.
Itu pikiran gemblung. Mau punya anak tapi tidak mau mengasuhnya.
Usia Dewasa
Sekali lagi, hubungan antara anak dengan ayahnya memengaruhi semua kehidupan anak sejak ia lahir hingga ia dewasa dan menikah.
Anak dari ayah yang poligami sangat mungkin untuk berpoligami juga karena mencontoh sang ayah. Padahal poligami itu tidak normal. Kehidupan rumah tangga yang normal dan dianjurkan adalah monogami.
Menurut Syekh Wahbah Az-Zuhayli, monogami adalah sistem perkawinan paling utama.
Sistem monogami ini lazim dan pokok dalam syara'. Sedangkan poligami adalah sistem yang tidak lazim dan bersifat pengecualian. Sistem poligami menyalahi pokok dalam syara'.
Model poligami tidak bisa dijadikan tempat perlindungan (solusi) kecuali keperluan mendesak karenanya syariat Islam tidak mewajibkan bahkan tidak menganjurkan siapapun untuk melakukan poligami. Syariat Islam hanya membolehkan praktik poligami dengan sebab-sebab umum dan sebab khusus," (Al-Fiqhul Islami wa Adillatuh, Beirut, Darul Fikr, cetakan kedua, 1985 M/1405 H, juz 7, halaman 169. Dari islam.nu.or.id)
Kemungkinan lain, anak malah tidak mau punya istri/suami karena benci dengan ayahnya yang berpoligami.
Rindu Dilan pada Milea tidak ada apa-apanya dibanding beratnya konsekuensi jika berpoligami.Â
Poligami itu butuh sifat adil, sedangkan adil itu sungguh sulit. Orang terpelajar itu harus adil sejak dari pikiran, begitu kata Jean Marais, sahabat Minke, dalam buku Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer.
Bagaimana lelaki yang poligami bisa adil kalau dalam pikirannya dia sudah niat ingin beristri dua, tiga, dan empat?!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H