Kalau Anda pernah nonton film dimana aktor dan aktrisnya buka baju sebelum nyebur ke danau dan laut untuk menyelamatkan orang, itu bukan untuk pamer aurat, tapi supaya baju tidak menghambat gerak mereka di air.
Pakaian, terutama dari bahan katun, menyerap air dan membuatnya jadi berat sehingga sangat menyulitkan ketika berenang. Baju dan celana yang berat itu berpotensi membuat kita tenggelam karena kelelahan berenang.Â
Hal itu mungkin terjadi pada Pratu Randi, tentara yang meninggal kelelahan setelah menolong belasan anak TK saat tank yang mereka tumpangi tercebur sungai.
Pratu Randi mungkin memakai seragam PDL (Pakaian Dinas Lapangan) lengkap yang berbahan campuran kapas dan polyester sehingga membuatnya cepat lelah meski dia mahir berenang.
Karena itu di kolam renang umum (terutama di hotel dan gym) ada peraturan dilarang pakai baju biasa, harus memakai pakaian renang.
Alasan dilarangnya selain pakaian renang dipakai di kolam renang, yaitu:
- Serat dari baju sehari-hari yang biasa kita pakai dapat rontok dan masuk ke saluran air sehingga dapat menyumbat sirkulasi air bersih.
- Warna baju dapat luntur kena kaporit/klorin dan lebih cepat membuat air kolam jadi butek.
- Baju renang yang berbahan spandek, lycra, dan nilon dapat melindungi kulit dari kaporit dan sinar UV.
Di kecamatan tempat saya tinggal di Magelang, ada 7-8 kolam renang umum dan selalu ramai tiap weekend.
Sayang, mayoritas anak-anak dan orang dewasa yang berenang tidak memakai pakaian renang. Malahan banyak yang pakai seragam olahraga dari sekolah berupa kaos lengan panjang dan celana panjang.Â
Duh, itu sih gimana mau belajar gaya punggung, ngambang saja susah. Alhasil, mereka hanya berkecipak dan main ciprat-cipratan saja di air.
Itu, kan, di gunung, kalau orang yang tinggal di pesisir, sih, pasti bisa berenang dong.Â
Tidak juga, Jakarta termasuk kota pesisir, tapi hanya sedikit penduduknya yang bisa berenang meski pemukiman mereka hampir tiap tahun kelelep banjir sampai atap rumah.
Di desa-desa pesisir pun nelayan dan anak-anaknya (lelaki) yang pandai berenang. Ibu-ibu dan anak perempuan mungkin juga bisa walau tak mahir.
Soal ketidakbisaan berenang ini penyebab yang utama karena:
1. Malu. Hampir semua muslimah kini sudah mengikuti syariat agamanya, yaitu menutup aurat.Â
Berenang menggunakan baju renang muslimah, baik burkini atau syar'i, dirasa memalukan bagi sebagian muslimah karena baju renang memperlihatkan lekuk tubuh mereka, terutama saat kena air, karena terbuat dari bahan spandek, lycra, dan nilon.
Sedangkan pakai kaos dan celana panjang di air sulit karena berat jadi susah gerak. Hal sama berlaku untuk laki-laki, yaitu malu dan risih.
Dahulu pada banyak SD-SMP di Jakarta ada pelajaran renang yang wajib diikuti siswa seminggu sekali. Sekarang tidak mungkin ada pelajaran renang karena soal aurat dan ke-mahram-an.
2. Minim guru renang. Biasanya semua guru olahraga pandai berenang dan bisa mengajar renang. Tapi, mata pelajaran renang tidak ada. Di sekolah kota besar yang fasilitasnya lengkap, pelajaran renang masuk dalam ekstrakurikuler wajib dan dilakukan di kolam sekolah. Tapi, sekolah seperti itu bisa dihitung jari.
3. Sungai tercemar. Sekarang sungai-sungai di Indonesia sudah tidak bisa jadi tempat main karena airnya kotor dan penuh sampah, kecuali mungkin di Indonesia timur. Jadi anak-anak desa kekurangan tempat main air.
4. Takut gosong. Tahu, kan, matahari di negeri khatulistiwa ini teriknya seperti apa. Ditambah lagi ada stigma orang kece adalah yang berkulit putih bening seperti Lee Min-ho dan Lisa Blackpink.
5. Tidak ada olahraga air yang disukai masyarakat Indonesia. Karena tidak ada yang disukai maka tidak ada pula yang mengikutinya.Â
Banyaknya anak-anak yang main bola di gang-gang sempit sampai di lapangan luas karena mereka sering melihat pertandingan sepak bola dari orang dewasa di lingkungannya.
Olahraga air tidak satupun yang disukai orang Indonesia kecuali nonton voli pantai putri.
Andai pada suatu hari kita kecemplung di danau, waduk, atau kolam, cara agar tetap mengapung di air yaitu tenang, jangan panik.Â
Tanpa menggerak-gerakkan kaki dan tangan kita sudah bisa mengapung alami karena volume tubuh manusia lebih besar daripada volume air saat berat air dan tubuh manusia yang sama dibandingkan.
Untuk menjaga agar tetap mengapung, maka gerakkan tangan dan kaki secara teratur seperti mengayuh sepeda.
Bila sedang menstruasi apakah boleh berenang? Boleh. Darah tidak akan bocor ke kolam karena tekanan air di kolam renang akan menghambat darah keluar selama kita sedang berada di air.
Waktu SMP saya pernah berenang saat sedang menstruasi. Guru olahraga menyuruh saya tetap nyemplung karena katanya selama pembalut dipakai dengan benar, darah haid tidak akan rembes. Mau tidak mau saya memang harus berenang karena waktu itu sedang jadwal pengambilan nilai renang untuk rapor.
Tapi hindari berenang saat mentruasi "lagi banyak-banyaknya" karena kita tidak bakal nyaman berenang malahan terus-terusan khawatir apakah ada darah yang bocor atau tidak.
Kalau main air di laut saat sedang mens nanti dimakan hiu, tidak?!
Tidak, kalau mainnya cuma di pantai dangkal. Hiu tidak main sampai situ kecuali dia terdampar. Lagipula hiu tidak tertarik dengan darah menstruasi yang adalah "darah lama". Hiu cuma tertarik dengan darah segar yang baru keluar dari tubuh ketika seseorang lukaÂ
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI