Satu lagi yang memberi kesan buat saya adalah saat membaca artikel-artikel tentang orang-orang yang menipu Pak Tjip dan Bu Rose demi mendapat uang. Sungguh beliau berdua sering ditipu, tetapi tidak ada rasa marah apalagi dendam.Â
Darimana saya tahu beliau berdua tidak marah dan dendam? Memangnya pernah ketemu? Aura kata demi kata yang beliau berdua tulis yang menyorotkan kalau dendam dan amarah itu tidak ada.
Sungguh langka orang seperti Pak Tjip dan Bu Rose. Banyak orang mengatakan bahwa orang etnis Tionghoa hanya mau bergaul dengan sesamanya dan sombong-sombong karena merasa lebih kaya dari orang pribumi.
Pak Tjip dan Bu Rose membuktikan bahwa orang baik dan orang jahat bisa datang dari etnis mana saja, bukan hanya dari orang Tionghoa, Jawa, Minang, dan lain-lain.
Persahabatan bisa datang darimana saja menembus batas negara, agama, dan latar belakang.
Selamat ulang tahun perkawinan, Pak Tjip dan Bu Rose. May you always happily ever after, forever. With love from me, from us, Kompasianers.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H