Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Penulis - Ghostwriter

Juru ketik di emperbaca.com. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022. Peduli pendidikan dan parenting

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Menikmati Ketulian dan Keheningan dalam Ramai Musik Metal

29 Desember 2020   17:04 Diperbarui: 29 Desember 2020   17:33 871
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruben Stone dalam film Sound of Metal. Foto: Prime Video dari vulture.com

Dahulu orang tua Arif juga diberi pilihan oleh dokter untuk operasi implan, tetapi selain sangat mahal, juga tidak ada jaminan telinga akan dapat mendengar seperti orang normal. 

Jadi ayah Arif yang adalah adik ibu saya itu tidak mengambil pilihan operasi implan.

Implan fungsinya merekayasa stimulasi ke otak sehingga otak "memerintahkan dan memaksa" telinga untuk menangkap suara yang diterima oleh alat bantu dengar. Jadinya, suara yang diterima telinga dan diproses otak tidak sama seperti suara yang didengar oleh orang normal.

Pun demikian dengan Ruben, suara yang didengar Ruben setelah pasang implan seperti perpaduan kicauan burung dan kaset rusak yang tumpang-tindih, terutama kalau ada banyak suara yang hinggap di telinganya.

Saya kesal dengan Ruben karena mengorbankan banyak hal hanya demi mendapatkan kekasihnya kembali, padahal dia dapat tawaran dari Joe untuk mengajar di sekolah dan bekerja di camp supaya dapat penghasilan, tetapi Ruben bertekad manggung lagi bersama Louise, kekasihnya. 

Yah, namanya juga film, suka-suka penulis skenario dan sutradaranya mau bikin yang seperti apa.

Ruben lama-lama tidak tahan dengan suara-suara bising di telinganya. Dia lalu melepas alat bantu-dengarnya dan kembali merasakan keheningan, senyap, namun damai dan menghangatkan jiwa.

Separuh bagian dari film Sound of Metal memang hening, tanpa suara, tanpa dialog, tetapi keramaian masih terasa karena orang tuli saling bercengkerama dengan asyiknya.

Keheningan dalam damai itu rasanya mungkin seperti kalau kita menikmati malam tahun baru tanpa kembang api, pesta ingar-bingar, sendirian, hanya ditemani kopi dan penganan ringan lalu menulis untuk Kompasiana.

Ini keempat kalinya saya menulis resensi film yang sudah lebih dulu ditulis oleh Kompasianer lain. Tiga telah jadi Headline dan satu resensi serial juga sudah ditulis oleh Kompasianer yang berkantor di Lapangan Banteng, Fery W. 

Apa boleh buat, sama dengan mereka, saya pun ingin menulisnya karena suka nonton film.

Sayang sekali, Sound of Metal hanya dapat ditonton di aplikasi streaming Amazon Prime Video. Pengguna Indosat dapat mengaksesnya gratis selama 3o hari sebelum dikenakan biaya berlangganan Rp50 ribu per bulan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun