Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ghostwriter

Pekerja sektor informal. Juru ketik di emperbaca.com. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Mimpi Roket Indonesia Menjelajah Angkasa

20 November 2020   17:42 Diperbarui: 21 November 2020   03:36 1069
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi satelit. Foto: lapan.go.id via tribunnews.com

Kelak jika observatorium Timau sudah beroperasi, para peneliti dapat melakukan deteksi dan karakterisasi exoplanet. Lalu Indonesia akan mulai untuk mencari kehidupan di planet-planet lain dan mencari tempat yang layak huni bagi manusia selain bumi.

Tapi kalau sudah ketemu alien dan planet layak huni, bagaimana menuju kesana tanpa pesawat berkecepatan warp? Itu, ya, nanti dulu, bikin roket saja masih gagal terus bagaimana mau bikin pesawat warp? Belum ada satu negara maupun mampu membuatnya, apalagi negara kita.

Indonesia memang telah mengembangkan teknologi roket sejak 1960-an saat Presiden Soekarno menerima roket dari Jepang. Namun pengembangan teknologinya mandek. 

Sampai saat ini negara kita masih mengembangkan roket berdasarkan teknologi yang dibuat pada 1960-an. Padahal teknologi roket adalah teknologi utama yang jadi fokus LAPAN sejak berdiri pada 1962.

Angin segar bagi para ilmuwan roket Indonesia bersepoi saat akhir tahun 2019 lalu pemerintah Indonesia berhasil "memaksa" China untuk mengembangkan teknologi roketnya bersama Indonesia. 

Dengan adanya kerjasama itu ilmuwan roket Indonesia bisa membuat roket yang bisa terbang lebih dari 200 kilometer, tidak lagi hanya sampai ketinggian 70 kilometer seperti yang selama ini kita punya.

Mengapa Indonesia perlu punya roket?

Karena Indonesia, seperti negara-negara lain di dunia, punya satelit yang harus terus diluncurkan ke orbit menggantikan satelit lama yang "masa baktinya" sudah habis.

Satelit dibutuhkan bukan hanya untuk pemantauan cuaca saja tapi juga pertanian, mitigasi bencana, sumber daya alam dan lingkungan, komunikasi, dan perbankan, apalagi Indonesia adalah negara kepulauan. Satelit dapat dikatakan sebagai "pemersatu" bangsa.

Pada April lalu satelit Nusantara Dua milik Indosat dan PT Pasifik Satelit Nusantara gagal mencapai orbitnya. Satelit Nusantara Dua ini mestinya menggantikan satelit Palapa D yang memasuki masa purna tugas. 

Ironisnya dahulu satelit Palapa D juga nyaris jatuh saat dibawa oleh roket Long March 3B milik China, namun berhasil diselamatkan dan mencapai orbit.

Ndilalah, Long March 3B ini juga yang membawa Nusantara Dua yang gagal mengorbit lalu jatuh ke atmosfer bumi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun