Hujan, banjir, mager tapi laper? Pesan makan online saja! Eh, tapi kok harganya lebih mahal dari harga kalau kita makan di sana?
Gojek dan Grab selaku penyedia layanan pesan-antar makananÂ
online mengutip biaya bagi hasil sebesar 20% dari setiap transaksi.Info ini saya dapat dari 9-10 pemilik rumah makan di seputaran kecamatan Borobudur, Mungkid, dan Muntilan di Kabupaten Magelang.
Jadi dari setiap transaksi yang terjadi lewat GoFood dan GrabFood, Gojek dan Grab akan mengutip bagi hasil sebesar 20% yang ditagih setiap akhir bulan ke restoran dan rumah makan yang bersangkutan.
Karena itulah para pemilik rumah makan menaikkan harga menu mereka di GoFood dan GrabFood lebih mahal Rp3000-Rp4000 dari harga asli. Kalau tidak dinaikkan, bagi hasil 20% itu akan menggerogoti margin keuntungan, demikian yang mereka bilang.
Benarkah bagi hasil itu menggerus laba? Mungkin benar tapi tidak seratus persen tepat.
Rumah makan yang menaikkan harga di aplikasi akan mempengaruhi psikologis (calon) pembeli.
Pembeli akan berhitung, misal, untuk membeli dua porsi soto ayam harus mengeluarkan kocek Rp30rb, sedangkan harga jika makan di tempat atau bawa pulang hanya Rp24rb.
Dengan demikian akan terbayang bahwa harga di aplikasi terlalu mahal walau sebenarnya kalau kita makan di tempat atau bawa pulang bisa jadi uang yang kita keluarkan lebih besar dari Rp30rb itu untuk bensin, parkir, dan biaya tidak terduga lainnya.
Ini yang mungkin jadi sebab restoran franchise macam McD, KFC, Olive Chicken, Rocket Chicken, Pizza But, dan lainnya tidak pernah sepi dari pesanan online.Â
Itu karena mereka tidak menaikkan harga. Harga yang tertera di restoran sama dengan harga di aplikasi (meskipun ada franchise yang memberlakukan biaya take away). Rasa makanan dan minumannya pun sudah teruji.