Adik saya mencari second opinion dari dokter lain di RS Premier Bintaro, masih di Tangerang Selatan. Hasil tanya-jawab dan pemeriksaan darah sama, dia mengidap cushing syndrome. Lalu dia kembali ke dokter Astrid untuk perawatan berikutnya.
Dia lalu menjalani rawat inap juga tes swab serta rontgen torax untuk memastikan dia bebas Corona.
Cushing Syndrome diakibatkan oleh tingginya hormon kortisol dalam tubuh. Hormon kortisol berfungsi sebagai pengendali stres dan metabolisme. Stres dapat dipengaruhi oleh kondisi infeksi, cedera, aktivitas berat, serta stres fisik dan emosional.
Semakin kita merasa stres, penyebaran kortisol dalam tubuh akan semakin cepat dan produksinya meninggi. Jika berlangsung dalam waktu yang lama, kortisol akan mengganggu sistem di dalam tubuh kita.
Gangguan hormon kortisol juga menyebabkan darah tinggi dan berat badan cepat naik.
Ini juga dialami adik saya, sejak lulus kuliah dan bekerja, berat badannya memang terus-terusan naik.
Tekanan darahnya setahun belakangan juga tinggi, menyebabkannya harus menunda kehamilan. Terakhir saya menemuinya akhir tahun lalu berat badannya ada di angka 70 kg dengan tingginya yang hanya 155 cm.
Dia bukannya tiada usaha menurunkan berat badan. Beberapa tahun sebelum mengidap cushing syndrome, dia pernah menyewa pelatih kebugaran dan berlatih seminggu tiga kali, juga berkonsultasi dengan dokter gizi. Semua dia lakukan selama dua tahun. Kegiatan itu terhenti setelah dia diterima menjadi CPNS lalu PNS.
Ternyata tekanan menjadi PNS lebih besar daripada ketika dia jadi reporter di Majalah Tempo.
Stres lama yang belum mereda ditambah beban pekerjaan dicampur gaya hidup perkotaan yang penuh tekanan jadi kombinasi tingginya hormon kortisol dalam tubuhnya.
Nafsu makan yang meningkat dan jaringan lemak yang menumpuk di bagian tengah tubuh (karena tingginya hormon kortisol) membuat tubuhnya menggemuk lagi ke angka 75 kg.