Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ghostwriter

Pekerja sektor informal. Juru ketik di emperbaca.com. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Cushing Syndrome dan Stres yang Membukit

4 Oktober 2020   17:59 Diperbarui: 5 Desember 2020   09:19 8235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gejala Cushing Syndrome (mayoclinic.org)

Bila orang barat meyakini bahwa amarah harus dilepas supaya tidak jadi bom waktu yang meledak, maka orang Indonesia tidak demikian. Orang Indonesia masih memegang nilai agama yang membimbing bagaimana ketika kita marah, amarah itu bisa kempis dengan sendirinya seperti balon kehilangan udara dan bukan jadi balon yang meledak.

Balon yang kempis itu niscaya dapat menghindarkan kita dari stres berat.

Penyakit yang diderita adik saya jadi bukti bahwa stres berkepanjangan bisa jadi penyakit yang namanya Cushing Syndrome.

Pada 15 September 2020 adik bungsu saya didiagnosis kena cushing syndrome karena hormon kortisol dalam darahnya sangat tinggi. 

Dokter Astrid dari RS Mitra Keluarga Bintaro, Tangerang Selatan yang memeriksa adik saya, awalnya curiga karena sudah tiga kali berobat namun GERD yang diderita adik saya tidak juga membaik.

GERD (gastroesophageal reflux disease) adalah penyakit pencernaan kronis yang mana asam lambung atau empedu mengiritasi lapisan dalam saluran makanan. Refluks asam dan heartburn (asam lambung naik) lebih dari dua kali seminggu dapat diindikasi sebagai GERD.

GERD beda dengan maag. Pada maag ulu hati rasanya nyeri. Pada GERD menyebabkan rasa panas di dada. Meski begitu seseorang bisa saja memiliki keluhan maag dan GERD sekaligus.

Penyebab munculnya GERD adalah pola makan, gaya hidup (merokok, minum alkohol, dan begadang), dan stres.

Pada adik saya, GERD muncul karena stres. Dia pun mengakui kalau dia sering stres.

Orang lain (termasuk orang tua dan adik laki-laki saya) mengira dia stres sejak menikah dua tahun lalu karena serumah dengan mertua dan tidak bisa menempati rumah fully furnished yang dia dan suaminya beli sejak seminggu setelah menikah.

Tapi saya tahu dia sudah stres jauh sejak belum menikah. Setelah menikah malahan tingkat stresnya berkurang karena dia happy dan ada orang untuk diajak berbagi. 

Namun akumulasi gangguan hormon kortisol inilah yang menyebabkan dia menderita cushing syndrome di usia 33 tahun, walau dia sudah stres sejak kuliah. Jadi cushing syndrome ini tidak serta-merta datang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun