Kemarin saya menghubungi walikelas anak saya untuk bertanya kenapa jadwal ujian (Penilaian Akhir Semester) tidak juga diberikan.Â
Saya terpaksa kepo (bahasa gaul jaman now yang berarti banyak nanya) karena anak-anak teman-teman saya yang tinggal di Jabodetabek sudah selesai ujian.
Saya tanya ke ketua paguyuban kelas melalui grup WhatsApp tapi jawabannya Jaka Sembung alias gak nyambung. Walikelas memang biasa komunikasi hanya dengan ketua paguyuban untuk hal akademis dan non-akademis untuk kemudian disampaikan ke wali murid yang lain.
Walikelas anak saya kemudian bilang kalau sekolah memang tidak mengadakan PAS. Nilai untuk mengisi raport akhir semester sudah diambil dari nilai PTS (Penilaian Tengah Semester), ulangan harian sebelum pandemi, dan tugas-tugas selama learning from home.Â
Ibu walikelas tidak menjelaskan kenapa PAS ditiadakan dan sayapun tidak bertanya lebih lanjut karena dengan sendirinya saya sudah mengerti.
Ya. Kemungkinan besar ujian akan dikerjakan oleh orang tuanya atau orang tua yang mencarikan jawaban lalu mendiktekannya pada anak.
Saya bisa bilang begitu karena sebelumnya ada beberapa anak yang oleh guru diminta mengerjakan ulang PRnya karena nampak PR itu tidak dikerjakan oleh si anak sendiri, begitu yang dikatakan gurunya. Sewaktu nilai ulangan harian diberikan di grup juga terlihat semua anak dapat nilai bagus.
Dari percakapan di grup kelas, kepala sekolah menginginkan para guru terus memberikan tugas atau kegiatan untuk dilakukan para murid di rumah.
Akan tetapi karena nilai sudah masuk raport banyak guru mata pelajaran yang tidak memberikan tugas tambahan. Nanti malah memberi beban tambahan untuk orang tua, katanya.Â
Perlu diketahui sejak sekolah diliburkan karena pandemi tidak sekalipun ada pembelajaran online. Kegiatan belajar-mengajar hanya berupa guru memberi tugas lewat grup WhatsApp lalu orang tua mengirim foto atau video tugas itu ke guru. Tidak pernah terjadi tatap muka antara guru dan para murid lewat Zoom atau Google Classroom secara resmi.Â
Saya pernah sekali menghubungi guru lewat Google Classroom karena ada materi yang anak saya lebih afdol jika gurunya yang menjelaskan ketimbang mama atau papanya. Tapi pembelajaran secara online tidak ada.Â
Ini bisa dimaklumi karena kami tinggal di desa yang sinyalnya lebih sering tenggelam daripada timbul. Banyak orang tua yang juga gaptek (gagap teknologi) dan sebagian lagi tidak bisa mendampingi anak karena harus bekerja di luar rumah.
Mungkin juga berdasarkan pertimbangan diatas sekolah anak saya tidak menyelenggarakan PAS. Daripada orang tuanya yang mengerjakan lebih baik ujian ditiadakan saja.Â
Karena yang paling pentingÂ
bukan nilai bagus di raport, tapi apakah anak memahami materi pembelajarannya atau tidak. Kalau anak sudah paham maka nilai akademiknya kelak pasti membaik.Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H