Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ghostwriter

Pekerja sektor informal. Juru ketik di emperbaca.com. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Menonton Film yang Diangkat dari Novel, Jika Perlu Baca Novelnya Lebih Dulu

8 Juni 2020   10:36 Diperbarui: 8 Juni 2020   10:59 697
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar via Los Angeles Times

Siapa yang tidak tahu film Laskar Pelangi, Hafalan Shalat Delisa, Filosofi Kopi, Bumi Manusia, Ayat-ayat Cinta, sampai yang heboh film Dilan. Apa persamaan semua film tersebut? Semua diadaptasi dari buku laris karya novelis kenamaan.

Tentu saja yang namanya adaptasi apa yang dikisahkan dalam film tidak bisa selalu sama seperti novel. 

Seperti di film Dilan, tokoh Wati (teman sekelas Milea sekaligus sepupu Dilan) tidak selucu dan se-Sunda seperti di novel. 

Film populer lain seperti Crazy Rich Asians juga banyak perbedaan dari yang tertulis di novel. Salah satunya pada keluarga Nick Young. Keluarga Young punya keluarga besar yang rumit dan masing masing punya cerita yang terhubung melalui alur yang saling menyatu dari yang kita lihat di film. Pun Rachel Chu pergi ke Singapura saat di New York sedang musim panas bukan musim semi. 

Memangnya tidak boleh nonton filmnya dulu kemudian baca novelnya? Boleh saja. Nonton filmnya tanpa baca novelnya? Boleh banget!

Tapi jika Anda gemar nonton film yang diadaptasi dari novel, maka jika perlu baca novelnya lebih dulu karena gambaran fisik dan karakter tokoh-tokoh, alur cerita, dan setting lokasi kita gambar sendiri di imajinasi yang kita bentuk sesuai tulisan pada novel. 

Ketika ternyata filmnya perlihatkan hal berbeda, imajinasi kita akan menyesuaikannya. Kita bisa menikmati film meskipun sudah tahu jalan ceritanya. 

Sebaliknya, kalau lebih dulu menonton filmnya sebelum baca novelnya, alih-alih menikmati novel, pikiran kita akan terus membandingkan isi novel dengan apa yang sudah kita lihat di film. Kita jadi tidak menikmati isi novelnya. 

Kenapa begitu? 

Pertama, tokoh-tokoh dalam film selalu divisualkan lebih menarik dari versi novelnya. Sebagai contoh, pada film Hunger Games, tokoh Katniss tinggi, cantik, dan bersih. Padahal di novel Katnis berbadan kecil, kurus, dan kotor karena berasal dari distrik termiskin di negara Panem. 

Latar belakang dan karakter tokoh dalam film pun tidak serumit dalam novel. 

Pada film Laskar Pelangi, tokoh Lintang hanya tinggal bersama ayah dan dua adiknya. Tidak ada ibu. Sedangkan di novelnya Lintang tinggal bersama ibu dan saudara-saudaranya sampai belasan orang dalam satu rumah. 

Kedua, alur cerita dalam film tidak sekompleks novel. Banyak plot pada novel yang dipangkas ketika tayang di layar lebar untuk mempendek durasi. 

Ketiga, lokasi dan setting cerita kadang tidak sama dengan novel karena pertimbangan komersil atau kebijakan sutradara. 

Sejauh yang saya lihat, hanya tujuh seri film Harry Potter dan semua novel Dan Brown yang alur, setting lokasi, dan tokoh-tokohnya paling mirip dengan novelnya.

Karena harus menyesuaikan visual yang sudah kita lihat di film dengan penggambaran di novel yang rumit dan panjang, maka membaca versi novelnya, setelah menonton filmnya, jadi tidak menarik lagi. 

Tapi tidak semua orang begitu. Beberapa orang bisa menikmati novelnya sama seperti mereka menikmati filmnya karena baik film dan novel sama-sama menghibur dan sarat manfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun