Pada masa pandemi ini banyak dari kita yang bangkit rasa kemanusiaan dan solidaritasnya kepada sesama.Â
Situs penggalangan dana kitabisa.com, yayasan amal milik stasiun-stasiun televisi, dan konser di rumah para penyanyi sukses mengumpulkan rupiah untuk disalurkan guna pembelian APD dan kebutuhan hajat hidup orang miskin.
Tetapi mungkin kita lupa bahwa ada paman atau bibi kita yang kena PHK dan tidak bisa lagi membeli sembako untuk anak-anaknya. Atau bahkan kakak-adik kandung kita sendiri ada yang kesulitan membeli token listrik karena usahanya bangkrut.
Beberapa hari lalu saya (terpengaruh cerita orang-orang yang membelikan makanan untuk para ojek online) ingin pula mentraktir driver Gojek melalui GoFood.
Ndilalah, tiga kali saya pesan makanan di hari yang berbeda, tiga kali pula gagal. Yang satu karena pihak restoran tidak mau melanjutkan transaksi akibat ponsel yang berisi aplikasi Gojek rusak. Yang kedua batal karena menu di restoran habis dan driver tidak mau ganti menu lain karena anaknya tidak suka. Yang ketiga juga batal karena restorannya tutup. Pindah ke restoran lain tutup juga. Akhirnya transaksi terpaksa saya batalkan.
Suami saya kemudian mengingatkan bahwa hikmah dibalik gagalnya sedekah kepada driver Gojek mungkin karena saya harus bersedekah ke orang terdekat dulu, baik dekat secara hubungan darah atau karena bertetangga, sebelum ke orang yang jauh.
Saya langsung mengingat memang ada hadits yang menyebutkan bahwa sedekah kepada sanak keluarga lebih diutamakan daripada ke orang lain.
Aduh, bisa-bisanya saya terpengaruh oleh gambar-gambar tangkapan layar yang bersebaran dimana-mana itu yang mentraktir driver ojek online.
Keluarga saya, baik dari garis ayah dan ibu, Alhamdulillah semuanya berkecukupan. Tetapi tetangga kanan-kiri saya masih ada yang kekurangan.
Marbot masjid yang tinggal beberapa meter dari rumah saya saja rumahnya masih jelek, mepet dengan kandang ayam. Selalu luput dari bantuan sosial pemerintah karena Kadus dan Pak RT beranggapan si marbot susah diajak komunikasi sehingga tidak didata. Pun dia hidup hanya sendirian tanpa anak-istri, keluarganya yang lainpun sama pas-pasan.
Ada lagi tetangga yang biasa bantu mencuci baju dan piring di rumah saya, sudah lama suaminya tidak kerja karena sakit, dan diapun sudah sebulan tidak bisa bantu di rumah saya karena hipertensinya kambuh.
Mestinya tetangga-tetangga saya itu yang harus saya bantu lebih dulu.
Memang kalau kita bersedekah kepada orang lain ada terselip rasa bangga, apalagi melihat orang yang kita bantu mengucapkan terima kasih sambil membungkuk-bungkuk, wah membuncah rasanya. Apalagi kalau ada yang mengambil gambar atau video saat kita sedang berderma, wah tambah membusung dada ini.
Ehem, sedekah kok tidak ikhlas, gimana sih. Hehee, yang ikhlas itu kalau tidak pamer, sedekahnya diam-diam saja dengan prinsip tangan kanan memberi tangan kiri tidak mengetahui.
Semoga saja amal ibadah kita berupa sedekah dapat menjadi pahala di bulan penuh berkah ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H