Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ghostwriter

Pekerja sektor informal. Juru ketik di emperbaca.com. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Berhenti Beli Masker, Saatnya Simpan Uang untuk Ramadan dan Lebaran

3 April 2020   15:55 Diperbarui: 3 April 2020   16:04 565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat ini sudah banyak yang menjual masker kain non-medis yang bisa dicuci dan dipakai ulang (malah katanya anti-bakteri, padahal Corona adalah virus bukan bakteri), jadi cukup beli seperlunya dan setelah dipakai langsung cuci pakai deterjen dan jemur kena matahari sampai kering. 

Sudah waktunya berhenti menimbun masker, hand sanitizer, sabun cuci tangan, Bayclin, Wipol, Dettol, dan sejenisnya. 

Ya terserah aku dong, mau beli berapa banyak, wong duitnya juga duit aku. 

Ya ya, betul. Tapi kalau kita terus rebutan masker, hand sanitizer, dan desinfektan, nanti harganya makin tinggi dan barangnya makin langka. Siapa tahu produk-produk itu lebih dibutuhkan di puskesmas, klinik kesehatan, bidan bersalin, dan rumah sakit. 

Lagipula umat Islam harus siap-siap, sebentar lagi bulan puasa. Setiap bulan puasa harga kebutuhan pokok selalu naik karena permintaannya juga tinggi. Sekarang sedang pandemi, kebutuhan pokok mungkin akan naik lebih tinggi dari bulan puasa sebelumnya.

Harga tempe dan tahu saja sudah naik 25% di Pasar Baledono, Purworejo, sejak dua minggu lalu karena harga bahan baku kedelainya (impor) naik. Gula pasir juga sudah berharga Rp20rb perkilonya, harga normal sebelum pandemi Rp12000-Rp14000 perkilo. 

Konsumsi keluarga muslim setiap bulan puasa selalu naik. Ada kebutuhan beli sirup, kurma, kue, buah, dan aneka makanan khas yang tidak ditemukan dibulan lain. Jika selama #DiRumahAja ini pengeluaran rumah tangga naik, maka akan lebih boros lagi saat bulan puasa nanti. 

Lho, bukannya jadi lebih hemat? Tahun ini kan ada pembatasan sosial berskala besar jadi tidak ada buka puasa bersama di restoran yang biasanya sampai lima kali selama puasa. 

Lebaran juga tidak kemana-mana. Tidak keluar duit jutaan untuk mudik, jalan-jalan, kasih angpao, beli kue bertoples-toples, dan baju-baju baru. Lebih hemat dong? 

Betul, tapi tidak kemana-mana berarti ada keinginan untuk menyimpan lebih banyak makanan di rumah, apalagi ada anak-anak. Harga bahan pokok yang sekarang sudah naik akan makin mahal lagi nanti. 

Halah, duit saya banyak kok, semahal apapun harga telur, ayam, daging, apalagi tempe gak masalah. 

Buat kita memang tidak masalah. Tapi kasihan keluarga-keluarga yang duitnya pas-pasan. Apa yang bisa mereka beli dengan uang Rp50rb jika semua harga naik gila-gilaan? Bantuan uang dari pemerintah jadi tidak apa-apanya. 

Dan buat kita yang duitnya masih berseri, baiknya sudahi beli masker lagi, beli sanitizer lagi, beli desinfektan lagi, simpan dulu duitnya untuk persiapan Ramadan dan Lebaran. Di masa pandemi ini kita tidak tahu apa yang akan terjadi esok hari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun