Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ghostwriter

Pekerja sektor informal. Juru ketik di emperbaca.com. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Bonus Ratusan Juta Untuk Atlet Juara

1 Maret 2019   17:43 Diperbarui: 1 Maret 2019   18:19 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baru-baru ini tim nasional sepakbola U-22 dapat bonus Rp65juta dari Kemenpora ditambah Rp200juta dari Presiden Jokowi. Bukan hanya pemain, presiden juga memberi duit bonus ke pelatih, asisten pelatih, sampai ke dokter tim.

Sebelumnya  atlet peraih medali, pelatih dan ofisial tim di Asian Games dan Asian Para Games 2018 juga diganjar bonus ratusan sampai milyaran rupiah.

Duit ratusan juta cuma buat bonus pemain? Apa gak mending dikasih ke orang miskin aja buat modal usaha?

Untuk orang miskin sudah ada Raskin (pangan), Jamkesmas (kesehatan), KIP (pendidikan), PKH (modal usaha), sertifikat tanah dan pengelolaan hutan (pertanian), alat penangkapan ikan dan asuransi nelayan (perikanan), sampai dana desa yang bisa digunakan untuk kepentingan masyarakat di desa.

Balik lagi ke atlet, bonus ratusan juta wajar diberikan untuk mereka yang berlaga di kancah internasional terutama pada olahraga kesukaan rakyat yaitu sepakbola, bulutangkis, futsal, dan basket. Ini karena saat bertanding atlet-atlet itu membawa nama negara. Maka kemenangan mereka adalah juga kemenangan rakyat Indonesia.

Lagipula sehari-harinya atlet-atlet itu tidak hanya latihan. Mereka harus disiplin menjaga waktu tidur dan istirahat, memperhatikan apa saja yang harus dan tidak boleh dimakan, dan pengaturan waktu bersenang-senang yang ketat.

Kalau kita kapan saja bisa ngopi-ngopi cantik di café, mereka tidak bisa. Banyak atlet yang menghabiskan waktu hanya di rumah dan tempat latihan bersama pelatih. Penggunaan media sosial pun tidak boleh sesukanya karena bisa mengacaukan fokus latihan dan ketajaman mental. 

Lingkup pergaulan mereka juga itu-itu saja maka tidak banyak teman yang mereka punya. Kalau kita gampang saja cari teman karena kita bisa kemana-mana tidak melulu di tempat latihan.

Duit puluhan hingga ratusan juta juga sudah diberikan kepada atlet yang jadi juara dunia meski bertanding pada olahraga yang bukan kesukaan rakyat Indonesia. 

Ada Lalu Muhammad Zohri (lari 100 meter), Fauzan Noor (karate tradisional), Eko Yuli (angkat berat), Jevon Lionel Koesmoyo dan Laurensius (wushu junior), Samantha (catur cepat), dan masih banyak lagi yang kalau ditulis semua Anda pasti bosan bacanya.

Layakkah mereka? Sangat layak karena untuk sampai pada posisi juara dunia perjuangan mereka sulit dan banyak pengorbanan, demi negara.

Tapi bagaimana dengan atlet daerah yang menjuarai kejuaraan nasional? Kok seperti tidak diperhatikan?

Itu tergantung kebijakan pemerintah daerah ada duitnya atau tidak, mau atau tidak, disetujui DPRD-nya atau tidak. Atlet yang mewakili daerah tanggung jawab bonusnya jadi urusan pemerintah daerah.

Terlebih lagi karir atlet tidak panjang. Usia 30 sudah dianggap tua karena kemampuan fisik sudah menurun. Kalau kita umur 30 masih bisa ikut tes CPNS, ganti pekerjaan, mulai usaha baru, atau punya jabatan baru.

Jadi tidak perlu iri dengan bonus ratusan juta yang diberikan kepada atlet. Proses yang mereka jalani layak dapat apresiasi dari pemerintah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun