Mustofa NR, seorang pria berusia 60 tahun yang membawa 4 surat saat melancarkan aksinya. Namun, yang menjadi perhatian adalah isi dari surat-surat yang dibawa oleh pelaku penembakan.
Minggu lalu, Jakarta digemparkan dengan aksi penembakan yang menimpa kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat di kawasan Menteng, Jakarta Pusat. Pelaku penembakan diketahui bernamaDalam surat pertama yang ditulis pada tahun 2014, Mustofa meminta keadilan dan bersumpah untuk mencari senjata guna menembak pejabat. Namun, yang lebih mengejutkan adalah klaim Mustofa sebagai nabi dan wakil dari Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam untuk mempersatukan umat Islam.
Klaim diri sebagai nabi juga muncul dalam surat-surat berikutnya yang ditujukan kepada Ketua MUI dan Kapolda Metro Jaya, dengan tujuan untuk bertemu dengan Ketua MUI. Meskipun surat-surat ini ditulis dalam rentang waktu yang cukup lama, klaim Mustofa sebagai nabi dalam setiap surat yang ditulisnya tetap menjadi sorotan.
Bagaimana klaim Mustofa sebagai nabi dalam surat-suratnya memengaruhi tindakannya dalam melakukan penembakan di kantor MUI Pusat? Bagaimana implikasi dari klaim tersebut terhadap keamanan dan stabilitas umat Islam di Indonesia?
Isi Surat Pertama
Dari foto keempat surat yang dibawa oleh pelaku penembakan kantor MUI Pusat, diketahui bahwa surat pertama ditulis pada tanggal 1 Juli 2014 dan diperoleh oleh pelaku dari wakil ketua MUI, Anwar Abbas. Surat tersebut berisi permintaan keadilan dan sumpah untuk mencari senjata guna menembak pejabat.
Namun, yang lebih mengejutkan adalah klaim Mustofa sebagai nabi dan wakil dari Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam. Mustofa menyebut dirinya sebagai nabi yang bertugas untuk mempersatukan umat Islam. Klaim tersebut menjadi perhatian karena hal ini sangat jarang terjadi di Indonesia, sebuah negara yang mayoritas penduduknya memeluk agama Islam.
Klaim Mustofa sebagai nabi dalam surat pertama menunjukkan bahwa dia merasa dirinya memiliki panggilan ilahi untuk membawa perubahan dalam umat Islam di Indonesia. Implikasi dari klaim ini menjadi pertanyaan besar bagi masyarakat Indonesia, khususnya dalam hal keamanan dan stabilitas.
Bagaimana masyarakat Indonesia merespons klaim Mustofa sebagai nabi? Bagaimana implikasi dari klaim ini terhadap hubungan antarumat beragama di Indonesia? Semua pertanyaan ini menjadi penting untuk dijawab, terutama dalam menghadapi situasi yang semakin kompleks di tengah-tengah masyarakat yang semakin polarisasi.
Isi Surat Kedua
Surat kedua yang ditunjukkan oleh pelaku kepada Ketua MUI, tidak dicantumkan tanggal penulisannya. Namun, seperti surat pertama, klaim Mustofa sebagai nabi juga disebutkan dalam surat kedua.
Dalam surat kedua, Mustofa menuliskan bahwa tujuannya adalah untuk bertemu dengan Ketua MUI. Mustofa percaya bahwa bertemu dengan Ketua MUI dapat membantunya dalam mempersatukan umat Islam dan melaksanakan tugasnya sebagai nabi.
Namun, implikasi dari klaim diri sebagai nabi dalam surat kedua masih menjadi perhatian. Klaim ini menunjukkan bahwa Mustofa merasa memiliki kekuatan yang lebih tinggi dari orang biasa dan merasa diutus oleh Tuhan untuk memimpin umat Islam di Indonesia. Hal ini dapat memicu ketegangan dan konflik antara kelompok-kelompok yang berbeda di masyarakat.