Mohon tunggu...
Aji Mufasa
Aji Mufasa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Engineer | Agropreneur | Industrial Designer

"Hiduplah dengan penuh kesadaran"

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Lebaran Ketupat: Tradisi Bersejarah Umat Islam di Pulau Jawa yang Menyiratkan Makna Mengaku Lepat dan Bersyukur

29 April 2023   08:17 Diperbarui: 29 April 2023   08:30 651
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ketupat, kuliner khas Lebaran di Indonesia. Ketupat terbuat dari beras dibungkus janur. (SHUTTERSTOCK/RANI RESTU IRIANTI)

Perayaan Lebaran merupakan momen yang dinantikan oleh umat Islam di seluruh dunia. Namun, di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa, terdapat sebuah tradisi Lebaran yang cukup unik dan menarik perhatian yaitu Lebaran Ketupat.

Meskipun tradisi ini tidak tercantum dalam Al Quran dan tidak dirayakan oleh Nabi besar Muhammad SAW, namun Lebaran Ketupat tetap menjadi salah satu perayaan yang penting bagi sebagian besar umat Muslim di Pulau Jawa.

Lebaran Ketupat atau yang juga dikenal dengan sebutan Bakda Kupat merupakan simbolisasi dari bahasa Jawa, dimana Kupat adalah akronim dari Ngaku Lepat yang berarti mengakui kesalahan. Sunan Kalijaga yang merupakan seorang ulama terkenal di Jawa, menggunakan simbolisasi ini dalam mensyiarkan ajaran Islam di Jawa yang pada waktu itu masih banyak orang yang meyakini kesakralan dari ketupat.

Sejarah Lebaran Ketupat sendiri diperkirakan sudah ada sejak lama, bertepatan dengan proses masuknya agama Islam di tanah Jawa. Dalam beberapa catatan sejarah, Sunan Kalijaga disebut sebagai orang pertama yang memperkenalkan tradisi Lebaran Ketupat. Sunan Kalijaga membudayakan dua kali bakda, yakni bakda Lebaran (Idul Fitri) dan bakda kupat (Lebaran Ketupat).

Lebaran Ketupat juga dikenal sebagai kegiatan Syawalan, yang merupakan tradisi lebaran yang digambarkan sebagai simbol kebersamaan. Di Klaten, Jawa Tengah misalnya, Lebaran Ketupat dikenal dengan sebutan "Kenduri Ketupat". Di era Wali Songo, tradisi ini biasanya dirayakan dengan memanfaatkan tradisi slametan yang sudah berkembang di kalangan masyarakat.

Pada masa itu, tradisi Lebaran Ketupat menjadi sarana untuk mengenalkan ajaran Islam mengenai cara bersyukur kepada Tuhan, bersedekah, dan bersilaturahmi di hari Lebaran. Hal ini tentunya membawa dampak positif bagi masyarakat, terutama dalam memperkuat rasa kebersamaan dan nilai-nilai sosial yang ditanamkan dalam agama Islam.

Lebaran Ketupat diselenggarakan sepekan setelah Idul Fitri. Dalam tahun 2023, Lebaran Ketupat jatuh pada Sabtu, 29 April 2023, tepat seminggu setelah Idul Fitri pada 22 April 2023.

Pada saat Lebaran Ketupat, biasanya masyarakat kembali membuat ketupat lengkap dengan sayur, sambal goreng, dan bubuk kedelai. Makanan ini lalu dibawa ke tempat kenduri halaman rumah warga. Selanjutnya, ketupat ditata sedemikian rupa dan didoakan bersama-sama oleh warga sebagaimana filosofi dari ketupat, yaitu mengaku lepat atau mengaku salah kepada Allah swt.

Tradisi ini diawali dengan saling memaafkan sesama warga, kemudian ketupat itu disedekahkan supaya kita dan keluarga kita selalu diberi kesehatan. Momen ini menjadi ajang untuk mempererat hubungan sesama warga dan keluarga, serta menumbuhkan semangat untuk selalu berbuat baik dan memperbaiki diri.

Selain itu, dalam tradisi Lebaran Ketupat juga terdapat nilai-nilai keagamaan yang mengajarkan untuk bersyukur kepada Tuhan dan bersedekah kepada sesama. Hal ini sejalan dengan ajaran Islam yang mengajarkan pentingnya berbuat baik dan saling berbagi kepada orang yang membutuhkan.

Meskipun tidak termasuk dalam tradisi Islam yang resmi, namun Lebaran Ketupat masih tetap dijalankan oleh sebagian umat Muslim di Pulau Jawa. Tradisi ini telah menjadi bagian dari kebudayaan dan warisan leluhur yang terus dilestarikan oleh masyarakat, sebagai wujud penghormatan dan rasa syukur atas nikmat yang diberikan oleh Tuhan.

Dalam merayakan Lebaran Ketupat, masyarakat biasanya menghiasi rumah dan lingkungan sekitarnya dengan berbagai ornamen dan dekorasi yang khas. Selain itu, di beberapa daerah juga diadakan berbagai macam kegiatan seperti pertunjukan seni, lomba tradisional, dan acara pesta rakyat.

Bagi sebagian masyarakat, Lebaran Ketupat menjadi momen yang ditunggu-tunggu setiap tahunnya. Meskipun tidak sebesar dan seheboh Lebaran Idul Fitri, namun tradisi ini memiliki makna yang sangat penting bagi masyarakat, yaitu kebersamaan, persaudaraan, dan keikhlasan dalam beribadah dan berbuat baik kepada sesama.

Sebagai negara dengan mayoritas penduduk Muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki berbagai macam tradisi dan kebudayaan yang khas, termasuk tradisi Lebaran Ketupat. Meskipun bukan bagian dari ajaran agama yang resmi, namun tradisi ini tetap dihargai dan dilestarikan oleh masyarakat sebagai warisan leluhur yang patut dijaga dan dirawat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun