Menentukan jadwal puasa pertama merupakan sebuah kewajiban bagi seluruh umat muslim. Namun, bagi sebagian orang, penentuan jadwal puasa pertama masih menjadi sebuah misteri yang sulit dipahami. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, saya ingin menjelaskan lebih detail mengenai dua metode yang biasa digunakan dalam menentukan jadwal puasa pertama.
Metode pertama adalah metode rukyatul hilal. Metode ini dipercayai dan digunakan oleh organisasi keagamaan seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah. Dalam metode ini, ahli rukyatul hilal bertugas untuk memantau langsung hilal atau rukyat di lapangan pada malam terakhir bulan Sya'ban. Jika hilal terlihat, maka awal Ramadan pun dimulai.
Namun, metode ini tidak selalu mudah dilakukan. Kondisi cuaca yang buruk atau kerumunan di tempat pengamatan bisa mempersulit tugas ahli rukyatul hilal. Oleh karena itu, metode kedua yang biasa digunakan adalah metode hisab.
Metode hisab menggunakan perhitungan matematika untuk menentukan jadwal puasa pertama. Metode ini biasanya digunakan oleh Badan Hisab Rukyat (BHR) yang dipercayai oleh pemerintah. Metode ini menghitung posisi matahari dan bulan secara matematis, sehingga bisa menentukan dengan akurat awal Ramadan.
Namun, metode hisab juga tidak luput dari kritik. Beberapa kalangan menganggap bahwa metode hisab tidak selalu akurat karena tidak memperhitungkan kondisi di lapangan.
Dalam penentuan jadwal puasa pertama, setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Namun, yang terpenting adalah tetap menjunjung tinggi nilai persatuan dan kesatuan umat muslim. Dalam menghadapi perbedaan pandangan, kita harus tetap menghargai satu sama lain dan menjaga kerukunan serta toleransi. Semoga informasi ini dapat bermanfaat untuk kita semua dalam mempersiapkan ibadah puasa.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI