Mohon tunggu...
Aji Mufasa
Aji Mufasa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Engineer | Agropreneur | Industrial Designer

"Hiduplah dengan penuh kesadaran"

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Turis Asing Nakal di Destinasi Wisata, Perlukah Ada Sanksi?

17 Maret 2023   18:03 Diperbarui: 17 Maret 2023   21:07 861
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sejumlah turis asing mengendarai sepeda motor tanpa mengenakan helm di Jalan Sunset Road, Kuta, Badung, Bali, Selasa (28/2/2023).(ANTARA FOTO via BBC Indonesia)

Bali, sebuah pulau yang dikenal sebagai destinasi wisata terpopuler di Indonesia. Setiap tahunnya, ribuan wisatawan dari berbagai negara datang untuk menikmati keindahan alam, budaya, dan keunikan pulau ini. Namun, di balik keindahan tersebut, ternyata ada masalah yang semakin meresahkan masyarakat Bali. Ya, turis asing nakal yang berulah di tengah-tengah masyarakat Bali.

Sudah bukan rahasia lagi jika sejumlah turis asing kerap membuat masalah selama berada di Bali. Mulai dari perilaku yang tidak sopan, merusak lingkungan, hingga melakukan tindakan kriminal. Hal ini tentu sangat merugikan bagi masyarakat Bali dan destinasi wisata di sana. Terlebih lagi, masalah ini semakin meningkat seiring dengan semakin banyaknya wisatawan yang datang ke Bali.

Tentu saja, masalah ini harus segera diatasi. Pemerintah dan masyarakat Bali harus bekerja sama untuk mencari solusi yang tepat agar tidak merugikan pihak mana pun. Namun, pertanyaannya adalah, apakah sanksi diperlukan untuk turis asing nakal yang berulah di destinasi wisata? 

Sebelum membahas lebih jauh mengenai sanksi yang harus diberikan kepada turis asing nakal, mari kita ketahui terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan turis nakal. 

Turis nakal adalah sebutan untuk wisatawan yang tidak menghormati budaya dan norma lokal, serta melakukan tindakan yang merugikan masyarakat dan lingkungan di destinasi wisata.

Di Bali, beberapa contoh tindakan turis nakal yang sering terjadi antara lain adalah melakukan tindakan vandalisme di tempat wisata, membuang sampah sembarangan, melakukan tindakan kriminal seperti pencurian, dan melakukan aksi kekerasan seperti perkelahian. 

Selain itu, ada pula turis nakal yang tidak menghormati adat dan budaya setempat, seperti tidak mengenakan pakaian sopan saat berkunjung ke pura, memotret atau selfie di area yang dianggap sakral, serta melakukan tindakan yang meresahkan masyarakat sekitar.

Beberapa contoh tindakan turis nakal lainnya yang sedang ramai di bahas adalah mengganggu ketertiban lalu lintas dengan berkendara secara ugal-ugalan atau melanggar aturan, bahkan hingga menyetir dalam keadaan mabuk. 

Selain itu, ada pula turis nakal yang justru bekerja dan mengambil alih lapak usaha masyarakat setempat, tanpa izin dan merugikan mereka yang sah memiliki lapak tersebut. Tindakan seperti ini tentu sangat tidak etis dan dapat merugikan masyarakat setempat yang menggantungkan hidup dari usaha mereka.

Semua tindakan yang dilakukan oleh turis nakal ini harus segera diatasi. Penting untuk memastikan bahwa destinasi wisata tetap menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi para wisatawan, serta tidak merugikan masyarakat dan lingkungan setempat. Salah satu cara untuk menangani masalah ini adalah dengan memberikan sanksi tegas kepada turis nakal yang melakukan tindakan yang merugikan masyarakat dan lingkungan di destinasi wisata.

Ditlantas Polda Bali lakukan tilang manual pada WNA yang melanggar peraturan lalu lintas (DOK. POLDA BALI)
Ditlantas Polda Bali lakukan tilang manual pada WNA yang melanggar peraturan lalu lintas (DOK. POLDA BALI)

Tindakan turis nakal yang merusak destinasi wisata tidak hanya berdampak pada kehidupan masyarakat lokal, tetapi juga dapat berdampak besar pada industri pariwisata di daerah tersebut. Kerusakan lingkungan, kerusakan budaya, serta gangguan keamanan dan ketertiban di destinasi wisata akan menyebabkan turis beralih ke destinasi lain yang lebih aman dan nyaman. Hal ini dapat menurunkan jumlah kunjungan wisatawan dan berdampak pada pendapatan ekonomi masyarakat setempat.

Kerusakan lingkungan dan budaya yang disebabkan oleh turis nakal dapat merusak keindahan alam dan budaya yang menjadi daya tarik utama destinasi wisata. 

Pencemaran lingkungan dan kerusakan hutan akan berdampak pada ekosistem dan keanekaragaman hayati di sekitar destinasi wisata. Sementara itu, kerusakan budaya dapat merusak nilai-nilai adat dan budaya setempat, yang merupakan warisan yang harus dijaga dan dilestarikan untuk generasi mendatang.

Selain itu, tindakan turis nakal juga dapat mengganggu keamanan dan ketertiban di destinasi wisata. Hal ini dapat menimbulkan ketakutan dan ketidaknyamanan bagi wisatawan dan masyarakat setempat. 

Turis nakal yang melakukan tindakan kriminal seperti pencurian, perkelahian, dan merusak fasilitas umum dapat menimbulkan gangguan keamanan dan ketertiban di destinasi wisata. Hal ini akan berdampak pada citra destinasi wisata yang menjadi negatif dan mengancam keberlangsungan pariwisata di daerah tersebut.

Dan, perlu juga dikaji ulang visa wisatawan mancanegara yang diberikan kepada turis yang ingin berkunjung ke destinasi wisata. 

Visa yang diberikan haruslah diatur dengan ketat dan memiliki persyaratan yang jelas agar dapat mengurangi risiko datangnya turis nakal ke destinasi wisata. 

Selain itu, pengawasan dan pemantauan yang ketat juga perlu dilakukan untuk memastikan bahwa turis yang datang ke destinasi wisata tersebut tidak melakukan tindakan yang merugikan.

Saya pikir, sanksi yang tegas harus diberikan kepada turis nakal yang merusak atau mengganggu ketertiban di destinasi wisata. Dengan memberikan sanksi yang tepat, diharapkan turis nakal dapat berpikir dua kali sebelum melakukan tindakan yang merugikan destinasi wisata dan masyarakat setempat. Sanksi yang diberikan dapat berupa denda, penjara, atau deportasi, tergantung dari tingkat kesalahan yang dilakukan oleh turis nakal tersebut.

Kesimpulannya, perlunya sanksi untuk turis nakal sangatlah penting untuk menjaga keamanan, ketertiban, dan keberlangsungan pariwisata di destinasi wisata. Pengawasan yang ketat dan edukasi juga perlu dilakukan untuk mengurangi risiko datangnya turis nakal ke destinasi wisata. 

Dengan demikian, diharapkan pariwisata di daerah tersebut dapat berkembang dengan baik dan memberikan manfaat bagi masyarakat setempat dan negara secara keseluruhan.

Sebagai saran, pihak-pihak terkait harus bekerja sama dalam menangani masalah turis nakal di destinasi wisata. Pemerintah setempat harus mengambil tindakan yang tegas dalam memberikan sanksi kepada turis nakal yang melakukan tindakan merugikan, sementara pihak pariwisata harus meningkatkan pengawasan dan edukasi agar turis nakal dapat lebih sadar dan bertanggung jawab dalam melakukan kunjungan ke destinasi wisata. 

Selain itu, masyarakat setempat juga dapat berperan aktif dalam melaporkan tindakan merugikan yang dilakukan oleh turis nakal kepada pihak yang berwenang.

Dengan adanya kerja sama dari berbagai pihak, diharapkan dapat mengurangi terjadinya tindakan merugikan oleh turis nakal di destinasi wisata. Hal tersebut akan berdampak positif pada industri pariwisata dan masyarakat setempat. Dengan menjaga keamanan dan ketertiban di destinasi wisata, diharapkan pariwisata di daerah tersebut dapat berkembang dengan baik dan memberikan manfaat bagi masyarakat setempat dan negara secara keseluruhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun