Banyak kasus di mana politisi membuat janji-janji yang tidak realistis dan gagal memenuhinya setelah terpilih. Misalnya, yang sedang viral baru-baru ini seorang wakil bupati indramayu yang mundur dengan alasan malu karena tidak dapat memenuhi janji-janji selama kampanye.Â
Saya menganggap bahwa ini karena saat masa kampanye seorang politisi hanya membuat harapan dan janji-janji yang tidak terukur tanpa melihat realitas yang ada. ataupun mundur dengan alasan apapun karena ketidakharmonisan internal.
Inilah yang menjadi alasan saya bahwa seorang politisi harus bukan hanya sekedar janji dan membuat angan-angan terhadap masyarakat agar menarik dan terpilih. Tapi juga harus membuat janji berdasarkan realitas yang ada dan kemampuan untuk merealisasikannya.Â
Hal ini agar membuat masyarakat puas dan memberikan kepercayaan yang lebih besar sebagai politisi yang dapat dipercaya. Sehingga fenomena pengunduran diri seperti ini tidak terulang kembali.
Akan tetapi saya tetap respect dengan pengunduran diri beliau, daripada politisi yang jelas tidak bisa merealisasikan janjinya tetapi ingin terus menjabat
Dari fenomena politik yang sering terjadi di mana politisi membuat janji-janji politik yang tidak realistis, dapat disimpulkan bahwa politisi yang menghargai kepercayaan dan dukungan masyarakat harus memahami keterbatasan mereka dan membuat janji-janji yang realistis.Â
Politisi harus mempertimbangkan sumber daya yang tersedia dan kemampuan mereka dalam memenuhi janji-janji tersebut. Hal ini akan membantu untuk menghindari kekecewaan masyarakat dan mempertahankan kepercayaan publik terhadap politik dan politisi.
Selain itu, masyarakat juga harus lebih kritis dalam mengevaluasi janji-janji politik yang disampaikan oleh para kandidat politik.Â
Masyarakat harus mengetahui keterbatasan yang ada dan mempertimbangkan apakah janji-janji tersebut realistis atau tidak.Â
Dengan demikian, masyarakat akan lebih memilih politisi yang membuat janji-janji yang realistis dan memiliki kemampuan untuk memenuhi janji-janji tersebut.