Mohon tunggu...
Aji Mufasa
Aji Mufasa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Engineer | Agropreneur | Industrial Designer

"Hiduplah dengan penuh kesadaran"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Menanggapi Istri Bekerja, Suami di Rumah

26 Februari 2023   11:18 Diperbarui: 27 Februari 2023   11:38 1311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi suami mengurus anak, Sumber Foto: Freepik

Sudah hampir tiga tahun ini, salah satu seorang saudara saya panggil saja Lina (Nama Samaran) yang tinggal di Jakarta memutuskan untuk kembali bekerja setelah sebelumnya berhenti untuk fokus merawat dua anaknya yang masih kecil. Namun, dengan semakin meningkatnya kebutuhan hidup dan kondisi yang mempengaruhi ekonomi keluarga, ia merasa perlu mencari pekerjaan.

Ketika ia mulai bekerja, suaminya yang juga bekerja dari rumah, mulai merasa kesulitan dalam mengelola rumah tangga dan merawat anak-anak. 

Awalnya, suaminya mendukung keputusan istrinya untuk bekerja, namun lambat laun perasaannya mulai berubah. Ia menjadi lebih sering marah-marah dan sulit diajak berbicara. Lina pun merasa kesulitan dalam mengatasi perasaannya.

Sebenarnya, salah satu alasan kuatnya untuk kembali bekerja adalah untuk membantu suaminya Budi (Nama Samaran) dalam mengatasi beban finansial keluarga yang semakin berat. Selain itu, ia juga ingin menambah pengalaman dan wawasan serta memiliki penghasilan sendiri untuk merasa lebih mandiri.

Keputusan Lina untuk bekerja ternyata memberikan dampak positif bagi keluarganya. Selain menambah penghasilan, ia juga menjadi lebih produktif dan terorganisir dalam menjalankan tugas-tugas rumah tangga.

Memang, tentu saja ada juga dampak negatif yang muncul. Lina, saudara saya harus membagi waktu antara pekerjaan dan rumah tangga, sehingga kadang-kadang ia merasa terlalu lelah dan kurang dapat memberikan perhatian yang cukup pada anak-anak dan suami. 

Selain itu, ia juga sering mengalami stres dan kecemasan karena tuntutan pekerjaan yang semakin meningkat, yang membuat ia sulit untuk bersantai dan menikmati waktu bersama keluarga.

Budi, sudah bekerja dari rumah sejak sebelum pandemi terjadi. Ketika istrinya, Lina, memutuskan untuk kembali bekerja, awalnya budi merasa senang karena dapat memperbaiki situasi finansial keluarga. Namun, ketika ia mulai bekerja, Budi merasa kesulitan dalam mengelola rumah tangga dan merawat anak-anak karena harus membagi waktu antara pekerjaan dan rumah tangga.

Alasan Budi tetap bekerja dari rumah adalah agar dapat lebih banyak waktu bersama keluarga dan mendukung istri dalam menjalankan tugas-tugas rumah tangga. Selain itu, Budi juga ingin menjadi sosok ayah yang aktif dan dapat memberikan perhatian yang cukup pada anak-anak.

Ilustrasi suami mengurus anak, Sumber Foto: Freepik
Ilustrasi suami mengurus anak, Sumber Foto: Freepik

Keputusan Lina untuk bekerja ternyata memberikan dampak positif bagi keluarganya. Ia menjadi lebih mandiri dan dapat membantu dalam mengatasi beban finansial keluarga. Selain itu, anak-anaknya juga menjadi lebih mandiri dan belajar untuk menghargai waktu karena harus mengikuti jadwal yang ketat.

Namun, tentu saja ada juga dampak negatif yang muncul. Budi merasa lebih banyak bertanggung jawab dalam mengelola rumah tangga dan merawat anak-anak, yang membuat budi sering merasa stres dan kelelahan. Selain itu, kadang-kadang juga merasa terasing dan kesulitan dalam menjaga hubungan yang harmonis dengan istrinya.

Meskipun terdapat tantangan, budi tetap mendukung keputusan lina untuk bekerja. Mereka percaya bahwa dengan kerja sama yang baik dan saling mendukung, mereka dapat mengatasi segala tantangan dan menjalani hidup dengan lebih baik.

Setelah mengalami berbagai tantangan dan dampak positif dan negatif dari keputusan saudara saya lina untuk bekerja dan budi sebagai suami dirumah, mereka mencoba mencari solusi yang tepat agar keluarganya dapat hidup dengan lebih seimbang dan harmonis.

Pertama, mereka menyadari bahwa komunikasi yang baik adalah kunci dalam menjalani kehidupan bersama. 

Lina dan suaminya selalu berbicara terbuka mengenai perasaan dan masalah yang mereka hadapi, serta mencari solusi yang saling menguntungkan. 

Mereka juga memastikan untuk menyempatkan waktu bersama dan melakukan kegiatan yang menyenangkan bersama-sama.

Kedua, Lina dan suami mencoba untuk membagi tugas-tugas rumah tangga secara adil agar tidak terjadi ketidakseimbangan dalam tugas-tugas keluarga. 

Mereka mencoba untuk saling membantu dan bekerja sama dalam menjalankan tugas-tugas rumah tangga dan merawat anak-anak. 

Mereka juga mengajak anak-anak untuk turut serta dalam menjalankan tugas-tugas rumah tangga sesuai dengan kemampuan mereka.

Terakhir, Lina dan suaminya belajar untuk menghargai peran masing-masing dalam keluarga. Mereka menyadari bahwa setiap orang memiliki peran dan kontribusi yang berbeda dalam menjalankan kehidupan bersama. Mereka berusaha untuk menghargai dan memberikan apresiasi pada setiap anggota keluarga atas peran dan kontribusinya.

Dengan mengimplementasikan solusi tersebut, keluarga mereka merasa lebih seimbang dan harmonis dalam menjalani kehidupan bersama. 

Lina dan budi suaminya belajar untuk saling mendukung dan berkomunikasi terbuka, serta menghargai peran masing-masing. Meskipun tantangan masih ada, mereka yakin bahwa dengan kerja sama yang baik, kita dapat mengatasi segala hambatan dan menjalani hidup dengan lebih baik.

Setelah mendengar berbagai pengalaman dalam kehidupan keluarga saudara saya, Lina, baik dari perspektif istri yang bekerja maupun suami di rumah, saya menyimpulkan bahwa permasalahan ini bukanlah hal yang mudah untuk dihadapi. Tidak ada satu solusi yang cocok untuk semua keluarga, karena setiap keluarga memiliki dinamika dan kebutuhan yang berbeda.

Namun, saya juga menyadari bahwa solusi yang tepat dapat ditemukan melalui komunikasi yang baik, pembagian tugas yang adil, dan penghargaan pada peran masing-masing anggota keluarga. Melalui solusi ini, setiap keluarga dan merasa lebih seimbang dan harmonis dalam menjalani kehidupan bersama.

Meninggalkan pesan akhir, saya berharap bahwa keluarga-keluarga yang sedang menghadapi permasalahan yang serupa dapat saling mendukung dan berkomunikasi terbuka. Jangan ragu untuk mencari solusi yang tepat dan menyesuaikan dengan kebutuhan dan dinamika keluarga masing-masing. 

Kehidupan bersama bukanlah hal yang mudah, namun dengan kerja sama dan saling mendukung, kita dapat menjalani hidup dengan lebih baik.

Terima kasih saudara saya yang telah berbagi cerita kepada saya, dan saya bisa memetiknya menjadi dalam sebuah pelajaran yang saya rangkum dalam artikel ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun