Setelah itu yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana cara penerapan program ini agar upaya yang dilakukan menjadi maksimal,Â
- Kurikulum inklusif: Kurikulum harus dirancang untuk mengakomodasi kebutuhan semua anak, termasuk anak dengan kebutuhan khusus.
- Fasilitas pendidikan inklusif: Fasilitas pendidikan harus dirancang dan diterapkan untuk mengakomodasi kebutuhan semua anak, termasuk anak dengan kebutuhan khusus.
- Pelatihan bagi guru: Guru harus diberikan pelatihan untuk mengatasi masalah yang mungkin dihadapi anak-anak dengan kebutuhan khusus.
- Kerjasama antar stakeholder: Kerjasama antar stakeholder harus ditingkatkan untuk memastikan bahwa semua anak memiliki akses terhadap pendidikan yang berkualitas dan inklusif.
- Pendanaan: Pendanaan harus tersedia untuk menjamin bahwa program pendidikan inklusif dapat berjalan dengan baik.
- Monitoring dan evaluasi: Monitoring dan evaluasi harus dilakukan untuk memastikan bahwa program pendidikan inklusif dapat dioptimalkan dan diperbaiki.
Dengan memastikan bahwa semua anak memiliki akses terhadap pendidikan yang berkualitas dan inklusif, dan memprioritaskan upaya untuk mengatasi faktor-faktor yang menyebabkan buta aksara, kita dapat membantu mengurangi tingkat buta aksara di Indonesia.
Sebelum saya menutup tulisan ini saya ingin sedikit membahas tingkat minat baca di Indonesia, berdasarkan Survei yang dilakukan Program For International Student Assessment (PISA) yang di rilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) Pada 2019, Indonesia menempati peringkat ke 62 dari 70 negara, atau merupakan 10 negara terbawah yang memiliki literasi rendah
Sementara UNESCO menyebutkan minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001 persen. Artinya dari 1000 orang hanya 1 orang yang gemar membaca. Sungguh miris memang melihat negara sendiri dengan tingkat literasi yang rendah.
Kalau kita lihat Negara-negara maju seperti Finlandia, Jepang, Kanada, Denmark, dan lainnya memiliki satu hal yang sama, yaitu tingkat literasi yang tinggi. Ini berkat sistem pendidikan yang kuat dan fokus pada literasi, memastikan bahwa anak-anak memiliki keterampilan membaca yang baik dan pengetahuan yang luas. Budaya membaca juga sangat kuat di negara-negara ini, di mana membaca dianggap sebagai kegiatan penting bagi anak-anak dan orang dewasa.
Perpustakaan dan toko buku yang banyak memastikan bahwa orang memiliki aksesibilitas yang baik terhadap buku-buku berkualitas. Industri hiburan, termasuk manga dan anime, juga mempromosikan budaya membaca dan membantu meningkatkan tingkat literasi. Kebiasaan menulis yang kuat juga membantu memperkuat budaya membaca dan memastikan bahwa generasi mendatang memiliki keterampilan membaca dan pengetahuan yang luas.
Dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut, negara-negara maju dapat memastikan bahwa generasi mendatang memiliki tingkat literasi yang tinggi dan siap untuk menghadapi tantangan-tantangan masa depan. Tingkat literasi yang tinggi membantu membangun masyarakat yang lebih cerdas dan siap untuk mengatasi tantangan-tantangan yang ada.
Saya berharap dan meminta kita semua untuk meningkatkan tingkat literasi di Indonesia mencontoh negara maju bahwa budaya membaca bukan sesuatu hal yang tabu lagi di negara kita, dan kepada semua elemen harus membudayakan minat membaca dan memprioritaskan pendidikan sebagai faktor utama. Baik Pemerintah, lembaga pendidikan, media, dan masyarakat harus bekerja sama untuk mempromosikan kebiasaan membaca sejak dini dan memberikan akses yang mudah dan terjangkau ke sumber-sumber bacaan. Karena salah satu amanat Undang-undang Dasar kita adalah Mencerdaskan Kehidupan Bangsa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H