Ternyata beberapa dana sebelum keberangkatan ditanggung sendiri (walaupun nanti diganti oleh LPDP), dan itu memerlukan dana yang cukup besar.
Dalam kepelikan itu, saya berdiam selama dua bulan untuk menunggu datangnya mukjizat yang bisa menolong saya.
Situasi studi PhD jarak jauh yang awalnya dijalani dengan iman dan semangat, lama kelamaan berubah menjadi lubang depresi yang terus mengintai saya dan para pembimbing.Â
Karena sudah tiga bulan jalannya studi, tapi saya belum ada progress yang berarti. Ini situasi yang mengkhawatirkan saya dan terutama para pembimbing.
University of Leeds dalam sejarahnya merupakan kampus rakyat. Sebab maksud awal pendiriannya adalah memberi akses studi untuk para masyarakat kelas menengah ke bawah di Inggris yang tidak bisa mengakses pendidikan tinggi. Sementara masyarakat Kelas atas atau sebutannya kelompok Borjuis mendapat pendidikan di University of Cambridge, Oxford dst.
Sampai sekarang saya kira masih seperti itu. Walaupun sudah punya jalur afirmasi, tapi kampus-kampus elit itu tetap didominasi oleh masyarakat yang elit juga. Saya kira kasus yang sama juga berlaku di Amerika Serikat, seperti Ivy League.
Tuntutan untuk terus berkembang, nampaknya membuat kampus rakyat seperti University of Leeds juga perlu menaikkan standar akademik supaya bisa bersaing dengan kampus-kampus elit di berbagai Negara. Inilah yang membuat UoLeeds menjadi kampus riset yang sejajar dengan berbagai kampus besar dunia.
Standar akademik yang tinggi itu menurut saya tidak membuat justru UoLeeds lupa dengan jati dirinya. Buktinya Mahasiswa dengan kemampuan akademik rendah seperti saya (IETLS 6.5) bisa juga diterima masuk sebagai Mahasiswa PhD.Â
Yang jadi persoalan adalah untuk menjaga standar akademik yang tinggi itu, UoLeeds membuat sistem yang mendorong mahasiswa berkembang namun tetap membuka peluang untuk mahasiswa standar rendah seperti saya bisa masuk. Sistem itu ialah ujian transfer di akhir tahun pertama.
Mahasiswa PhD pertama itu disebut Provisional PhD. Artinya, masih dalam pengawasan alias "anak bawang". Nanti setelah lulus ujian transfer di akhir tahun pertama, barulah bisa disebut sebagai Kandidat PhD. Inilah yang membuat saya dan para pembimbing menjadi gelisah, galau dan gamang.
Sudah tiga bulan mulai studi, saya belum jelas mau riset tentang apa. Sementara waktu ujian transfer itu makin mendekat. Saya terancam gagal !