Mohon tunggu...
Yan Okhtavianus Kalampung
Yan Okhtavianus Kalampung Mohon Tunggu... Penulis - Narablog, Akademisi, Peneliti.

Di sini saya menuangkan berbagai pikiran mengenai proses menulis akademik, diskusi berbagai buku serta cerita mengenai film dan lokasi menarik bagi saya.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Tagar #JanganJadiDosen dan Masa Depan Suram Pendidik Indonesia

7 Maret 2024   06:48 Diperbarui: 7 Maret 2024   06:58 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam beberapa waktu terakhir, tagar #JanganJadiDosen telah mencuat sebagai topik panas di berbagai platform media sosial, mengungkap lapisan masalah yang lebih dalam dalam sistem pendidikan tinggi Indonesia. Di balik tagar tersebut tersembunyi cerita nyata para pendidik kita, yang berjuang demi mencerdaskan generasi bangsa dalam kondisi yang jauh dari ideal.

Pakar Kebijakan Publik dari Universitas Airlangga, Gitadi Tegas Supramudyo, menyoroti perlunya revisi standar kebijakan upah untuk dosen di Indonesia. Menurut Gitadi, terdapat ketidaksesuaian yang signifikan antara beban kerja dan kompensasi yang diterima oleh dosen, sebuah masalah yang meruncing seiring berubahnya orientasi dan tuntutan ekonomi masyarakat.

Dulu, profesi dosen dianggap sebagai salah satu karir paling prestisius, menjanjikan tidak hanya penghargaan sosial tapi juga stabilitas ekonomi. Namun, realitas saat ini berbeda. 

Banyak lulusan terbaik memilih jalur karir di luar akademik, yang menawarkan gaji lebih tinggi dan tunjangan lebih baik. Fenomena ini tidak hanya mengurangi jumlah calon dosen berkualitas tapi juga mengindikasikan pergeseran nilai dalam masyarakat kita.

Permasalahan gaji dan kesejahteraan dosen ini bukan hanya tentang angka dalam slip gaji. Ini menyangkut kualitas pendidikan yang kita berikan kepada generasi mendatang. 

Dosen yang terbebani masalah finansial cenderung mencari pekerjaan sampingan, yang pada akhirnya dapat mengurangi fokus dan energi mereka untuk mengajar dan melakukan penelitian. Akibatnya, tidak hanya kesejahteraan dosen yang terancam, tapi juga kualitas pendidikan yang diterima oleh mahasiswa.

Solusi yang ditawarkan oleh Gitadi adalah pengembalian pada grand design pendidikan Indonesia, dengan pemerintah harus menetapkan standar yang lebih jelas terkait rekrutmen dan penetapan gaji dosen. 

Ini bukan hanya soal menaikkan gaji, tapi juga tentang menciptakan sistem yang mendukung pengembangan profesional dosen dan menghargai kontribusi mereka terhadap masyarakat.

Sebagai masyarakat, kita harus mulai memandang profesi dosen tidak hanya sebagai pekerjaan tapi sebagai panggilan untuk memajukan bangsa. Ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tapi juga kita semua untuk menghargai dan mendukung mereka yang telah memilih jalan ini.

Permasalahan yang dihadapi oleh dosen di Indonesia tidak hanya terbatas pada gaji yang tidak sebanding dengan beban kerja, tetapi juga mencakup kondisi kerja, peluang karir, dan pengakuan profesional. 

Ini adalah simptom dari masalah sistemik dalam pengelolaan dan investasi di sektor pendidikan tinggi yang memerlukan perhatian serius dari semua pihak terkait.

Langkah Menuju Perubahan

Untuk mengatasi masalah-masalah ini, diperlukan perubahan komprehensif yang melibatkan stakeholder di semua level:

  1. Revisi Standar Kebijakan: Pengembangan kebijakan yang jelas mengenai standar gaji, kondisi kerja, dan peluang karir untuk dosen. Ini termasuk peningkatan fasilitas penelitian dan pendidikan, serta akses ke sumber daya profesional.

  2. Investasi pada Pengembangan Profesional: Memberikan dosen kesempatan untuk pengembangan profesional yang berkelanjutan, termasuk studi lanjutan, partisipasi dalam konferensi ilmiah, dan kolaborasi penelitian internasional.

  3. Pengakuan dan Penghargaan: Mengembangkan sistem penghargaan yang mengakui kontribusi dosen dalam pendidikan, penelitian, dan pengembangan masyarakat. Ini bisa mencakup penghargaan ilmiah, penghargaan inovasi dalam pengajaran, dan pengakuan atas kontribusi sosial.

  4. Penglibatan dalam Kebijakan Pendidikan: Memberikan dosen kesempatan yang lebih besar untuk berkontribusi pada pengembangan kebijakan pendidikan. Melibatkan mereka secara aktif dalam diskusi tentang masa depan pendidikan tinggi di Indonesia akan memastikan bahwa kebijakan yang dibuat mencerminkan kebutuhan dan realitas lapangan.

  5. Membangun Kemitraan: Mendorong kerjasama antara universitas, industri, dan pemerintah untuk mendukung penelitian dan pendidikan. Kemitraan ini bisa membuka lebih banyak sumber pendanaan untuk penelitian dan pengembangan, serta meningkatkan relevansi pendidikan tinggi dengan kebutuhan pasar kerja.

Perubahan ini membutuhkan komitmen dan kerjasama yang kuat antara pemerintah, institusi pendidikan, dosen, dan masyarakat luas. Melalui investasi yang tepat dan kebijakan yang mendukung, kita dapat menciptakan lingkungan yang menghargai dan mempromosikan kesejahteraan dosen, yang pada gilirannya akan meningkatkan kualitas pendidikan dan penelitian di Indonesia. Mari kita bersama-sama berupaya untuk menciptakan masa depan yang lebih cerah bagi pendidikan tinggi di Indonesia, di mana dosen merasa dihargai, didukung, dan termotivasi untuk memberikan yang terbaik bagi generasi penerus bangsa.

Sebuah Kesuraman

Dampak jangka panjang dari masalah ini bahkan lebih mengkhawatirkan. Minimnya minat generasi muda untuk menjadi dosen berpotensi menurunkan kualitas pendidikan tinggi di Indonesia. Kita berisiko kehilangan inovator, peneliti, dan pemikir hebat yang merupakan aset berharga bagi kemajuan bangsa.

Ketakutan yang muncul dari situasi yang terus berlanjut tanpa perbaikan dalam sistem pendidikan tinggi dan kesejahteraan dosen di Indonesia tidak hanya berdampak pada individu-individu di dalam sistem tersebut, tapi juga pada masa depan pendidikan dan kemajuan ilmu pengetahuan di negara kita. Kita menghadapi sejumlah risiko yang serius jika kondisi ini dibiarkan berlarut-larut:

Penurunan Kualitas Pendidikan

Salah satu ketakutan terbesar adalah penurunan kualitas pendidikan tinggi. Dosen yang terbebani dengan masalah finansial dan kurangnya sumber daya mungkin tidak dapat memberikan pengajaran dan bimbingan yang efektif kepada mahasiswa. Hal ini dapat mengakibatkan lulusan yang kurang kompeten, yang pada gilirannya akan mempengaruhi daya saing bangsa di kancah global.

Kehilangan Talenta

Ketidaksejahteraan dosen bisa mendorong talenta-talenta terbaik untuk meninggalkan profesi akademis atau bahkan beremigrasi ke luar negeri di mana mereka merasa lebih dihargai dan mendapatkan kompensasi yang lebih baik. Ini berarti Indonesia kehilangan para inovator, peneliti, dan pemikir yang berpotensi menyumbang pada pembangunan nasional.

Stagnasi Penelitian dan Inovasi

Kurangnya dukungan finansial dan sumber daya untuk penelitian bisa menyebabkan stagnasi dalam inovasi dan pengembangan ilmu pengetahuan. Dosen yang seharusnya menjadi ujung tombak penelitian terpaksa mengurangi fokus mereka pada kegiatan ini karena harus mencari sumber penghasilan lain untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Kerusakan Reputasi Institusi Pendidikan

Institusi pendidikan tinggi yang gagal memberikan kesejahteraan yang layak kepada dosen mereka dapat mengalami kerusakan reputasi. Ini akan menyulitkan mereka untuk menarik dosen dan mahasiswa berkualitas, serta mempengaruhi kemampuan mereka untuk menjalin kemitraan internasional atau mendapatkan pendanaan penelitian.

Kesenjangan Pendidikan yang Membesar

Ketidakadilan dalam sistem pendidikan bisa semakin meningkat. Institusi dengan sumber daya lebih banyak mungkin bisa menyediakan kompensasi yang lebih baik untuk dosen mereka, sementara institusi dengan sumber daya terbatas semakin tertinggal. Ini menciptakan kesenjangan kualitas pendidikan antar institusi yang semakin lebar.

Ketidakstabilan Sosial

Dalam jangka panjang, ketidakpuasan dalam kalangan akademisi dan penurunan kualitas pendidikan bisa berkontribusi pada ketidakstabilan sosial. Pendidikan yang berkualitas rendah berpotensi menghasilkan angkatan kerja yang kurang kompeten, meningkatkan pengangguran, dan memperlebar kesenjangan sosial dan ekonomi.

Langkah Preventif

Untuk menghindari skenario negatif ini, penting bagi pemerintah dan semua pihak terkait untuk mengambil langkah preventif segera. Kebijakan harus direformasi untuk memastikan kesejahteraan dosen, peningkatan kualitas pendidikan, dan pembangunan ekosistem penelitian yang kuat. Hal ini mencakup peningkatan gaji dan insentif, penyediaan sumber daya untuk penelitian, serta pengembangan karir yang transparan dan adil.

Kita perlu beraksi sekarang untuk mencegah dampak jangka panjang yang bisa merugikan generasi mendatang dan menghambat kemajuan bangsa. Mendukung dosen dan memastikan mereka dapat bekerja dalam kondisi yang optimal adalah investasi dalam masa depan yang cerah untuk Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun