Mohon tunggu...
Yan Okhtavianus Kalampung
Yan Okhtavianus Kalampung Mohon Tunggu... Penulis - Narablog, Akademisi, Peneliti.

Di sini saya menuangkan berbagai pikiran mengenai proses menulis akademik, diskusi berbagai buku serta cerita mengenai film dan lokasi menarik bagi saya.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Beras Mahal, Apa Perlu Tiru Orang Inggris yang Makan Roti?

3 Maret 2024   22:41 Diperbarui: 3 Maret 2024   22:44 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://www.alodokter.com/alasan-mengonsumsi-roti-gandum-dan-tips-memilihnya

Dalam memahami pola konsumsi pangan di berbagai belahan dunia, kita sering kali menemukan preferensi yang kuat terhadap jenis-jenis makanan tertentu yang telah terintegrasi dalam budaya dan sejarah masyarakat setempat. Di Inggris, roti merupakan salah satu makanan pokok yang konsumsinya jauh lebih umum dibandingkan nasi. 

Sementara itu, di Indonesia, beras menjadi sumber karbohidrat utama bagi sebagian besar populasi. Namun, dengan kenaikan harga beras yang menjadi perhatian global, pertanyaan muncul apakah roti dapat menjadi alternatif yang layak di Indonesia. Tulisan ini akan menjelaskan alasan di balik preferensi makanan di Inggris dan mengeksplorasi potensi roti sebagai alternatif beras di Indonesia.

Latar Belakang Budaya dan Historis di Inggris

Preferensi orang Inggris terhadap roti dibandingkan nasi sebagian besar bersumber dari kondisi geografis dan sejarah. Inggris memiliki iklim yang mendukung budidaya gandum, yang telah menjadi bagian dari diet sehari-hari sejak zaman Romawi. Roti, sebagai produk olahan gandum, secara alami menjadi makanan pokok. 

Sementara itu, nasi, yang memerlukan kondisi pertanian yang lebih hangat dan lembap, tidak seefektif gandum tumbuh di iklim Inggris. Ini membuat nasi kurang terintegrasi dalam sejarah kuliner Inggris dan lebih sering dianggap sebagai makanan eksotis atau pendamping.

Situasi di Indonesia

Berbeda dengan Inggris, Indonesia memiliki iklim tropis yang sangat mendukung untuk budidaya padi, menjadikan beras sebagai makanan pokok sejak zaman pra-sejarah. Beras tidak hanya penting secara nutrisi tetapi juga memiliki nilai budaya dan sosial yang kuat dalam masyarakat Indonesia.

Sumber: https://www.alodokter.com/alasan-mengonsumsi-roti-gandum-dan-tips-memilihnya
Sumber: https://www.alodokter.com/alasan-mengonsumsi-roti-gandum-dan-tips-memilihnya

Roti Sebagai Alternatif Beras di Indonesia?

Pertimbangan utama dalam menjadikan roti sebagai alternatif beras adalah aspek ekonomi, nutrisi, dan keberlanjutan. Secara ekonomi, roti mungkin kurang terjangkau bagi sebagian besar penduduk Indonesia dibandingkan dengan beras, mengingat bahan baku utama roti, yaitu gandum, sebagian besar diimpor. Ini membuat harga roti relatif lebih tinggi dan kurang stabil dibandingkan dengan beras, yang produksinya lebih lokal.

Dari segi nutrisi, roti, terutama yang dibuat dari gandum utuh, memang menyediakan serat, vitamin, dan mineral yang baik. Namun, penting untuk dicatat bahwa diet yang sehat dan seimbang dapat dicapai dengan berbagai sumber makanan, dan beras juga merupakan sumber energi penting yang telah terbukti mendukung kebutuhan nutrisi masyarakat Indonesia selama berabad-abad.

Dalam konteks keberlanjutan, meningkatkan konsumsi roti berarti meningkatkan ketergantungan pada impor gandum, yang dapat memiliki dampak negatif pada ketahanan pangan nasional dan ekologi lokal. Sebaliknya, mendukung produksi beras lokal melalui praktek pertanian berkelanjutan dan efisien dapat membantu memastikan keamanan pangan dan mengurangi dampak lingkungan.

Kesimpulan

Meskipun roti dapat dianggap sebagai alternatif sumber karbohidrat di tengah naiknya harga beras, terdapat berbagai faktor yang membuatnya kurang feasible sebagai pengganti utama beras di Indonesia. Aspek ekonomi, nutrisi, budaya, dan keberlanjutan perlu dipertimbangkan secara menyeluruh. 

Lebih lanjut, diversifikasi diet dengan mengintegrasikan berbagai sumber karbohidrat lokal seperti jagung, singkong, dan ubi, mungkin merupakan pendekatan yang lebih berkelanjutan dan budaya untuk mengatasi kenaikan harga beras dan mempromosikan ketahanan pangan di Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun