Mohon tunggu...
Yan Okhtavianus Kalampung
Yan Okhtavianus Kalampung Mohon Tunggu... Penulis - Narablog, Akademisi, Peneliti.

Di sini saya menuangkan berbagai pikiran mengenai proses menulis akademik, diskusi berbagai buku serta cerita mengenai film dan lokasi menarik bagi saya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tanpa Literasi Digital, Internet Cepat di Desa Hanya Membawa Malapetaka

15 Februari 2024   01:32 Diperbarui: 15 Februari 2024   01:35 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di era globalisasi dan digitalisasi, akses internet telah menjadi kebutuhan dasar bagi sebagian besar masyarakat dunia, termasuk di Indonesia. Pemerintah Indonesia melalui berbagai program telah berusaha memperluas akses internet cepat hingga ke pelosok desa dengan harapan dapat membawa kemajuan pada berbagai aspek kehidupan masyarakat. Namun, realitas yang terjadi di lapangan sering kali jauh dari harapan. Internet cepat di desa, tanpa disertai literasi digital yang memadai, tidak selalu membawa kemajuan. Malah, dalam beberapa kasus, kehadirannya dapat membawa dampak negatif bagi masyarakat.

Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi memang membawa banyak manfaat, seperti memudahkan akses informasi, pendidikan, dan peluang ekonomi. Namun, tanpa literasi digital yang mumpuni, masyarakat desa bisa terjebak dalam berbagai permasalahan seperti hoax, penipuan online, cyberbullying, hingga radikalisme. 

Fakta ini menunjukkan bahwa keberadaan internet cepat saja tidak cukup untuk mewujudkan kemajuan di desa.

Dampak Negatif Kurangnya Literasi Digital

Salah satu bukti nyata dari keburukan yang dibawa oleh internet cepat tanpa disertai literasi digital yang memadai adalah maraknya berita palsu atau hoax. Di banyak desa, informasi yang beredar melalui media sosial atau platform messaging sering kali diterima begitu saja tanpa disaring terlebih dahulu. Hal ini dapat menimbulkan kesalahpahaman, kepanikan, bahkan konflik sosial.

Selain itu, penipuan online juga menjadi masalah yang sering terjadi. 

Banyak warga desa yang belum memahami sepenuhnya bagaimana transaksi online yang aman, sehingga mudah tertipu oleh penawaran-penawaran palsu yang merugikan. 

Kasus seperti penjualan barang palsu, penipuan investasi, hingga skema ponzi, adalah beberapa contoh kejahatan yang sering menimpa masyarakat desa akibat kurangnya pemahaman tentang dunia digital.

Cyberbullying dan penyebaran konten negatif juga menjadi masalah serius. 

Tanpa pemahaman yang cukup tentang etika berinternet, banyak pengguna internet di desa yang secara tidak sadar menjadi pelaku atau korban dari cyberbullying. 

Konten negatif seperti pornografi dan kekerasan juga mudah diakses oleh anak-anak dan remaja, yang dapat membahayakan perkembangan psikologis dan moral mereka.

Pentingnya Literasi Digital

Literasi digital bukan hanya tentang kemampuan menggunakan perangkat digital dan akses internet, tetapi juga memahami, menganalisis, dan menggunakan informasi yang diperoleh secara kritis dan etis. 

Dengan literasi digital, masyarakat desa dapat memanfaatkan internet secara produktif, seperti untuk mengakses informasi pendidikan, peluang usaha, dan inovasi pertanian yang dapat meningkatkan kesejahteraan mereka.

Pendidikan literasi digital harus melibatkan berbagai pihak, mulai dari pemerintah, lembaga pendidikan, hingga masyarakat itu sendiri. 

Program-program pendidikan harus dirancang untuk sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat desa, dengan menggunakan bahasa dan metode yang mudah dipahami.

Kasus Sukses dengan Literasi Digital yang Baik

Terdapat beberapa desa di Indonesia yang berhasil memanfaatkan internet cepat untuk kemajuan desanya, berkat literasi digital yang baik. Sebagai contoh, Desa Ponggok di Jawa Tengah, yang berhasil memanfaatkan internet untuk memasarkan wisata airnya hingga dikenal secara nasional bahkan internasional. Kesuksesan ini tidak lepas dari pemahaman masyarakatnya tentang cara memanfaatkan media sosial dan website untuk promosi yang efektif.

Desa lainnya adalah Desa Ngada di NTT, yang menggunakan internet untuk mengakses informasi terkini tentang teknik pertanian dan perikanan, serta memasarkan hasil produksinya ke pasar yang lebih luas. 

Peningkatan literasi digital memungkinkan mereka tidak hanya sebagai konsumen informasi, tetapi juga sebagai produsen konten yang memberikan nilai tambah ekonomi bagi masyarakatnya.

Kesimpulan

Internet cepat di desa memang membuka peluang besar untuk kemajuan. Namun, tanpa literasi digital yang mumpuni, kemajuan tersebut bisa berubah menjadi bumerang yang membawa dampak negatif. Oleh karena itu, penting bagi semua pihak untuk bekerja sama dalam meningkatkan literasi digital di desa, sehingga internet cepat benar-benar menjadi alat yang membawa kemajuan, bukan keburukan. Kesadaran, edukasi, dan kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan masyarakat adalah kunci untuk memastikan bahwa teknologi informasi dapat dimanfaatkan sebaik mungkin untuk kesejahteraan masyarakat desa di Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun