Namun, pengakuan ini secara tidak langsung menunjukkan strategi yang efektif untuk mempertahankan otonomi kita di era di mana berbagai kekuatan digital berusaha untuk menguranginya. Untuk menghadapi ekonomi perhatian yang mencoba menarik perhatian kita secara konstan, kita harus lebih kritis dan selektif dalam menggunakan media sosial.
Ekonomi perhatian, yang menghasilkan uang dengan mengumpulkan perhatian konsumen dan menjualnya kepada pengiklan, telah menjadi salah satu kekuatan terkuat di ekonomi kita saat ini.Â
Perubahan besar terjadi ketika smartphone memungkinkan ekonomi perhatian untuk mengakses perhatian kita kapan saja dan di mana saja, meningkatkan jumlah menit perhatian yang dapat dijual kepada pengiklan. Perusahaan seperti Google dan Facebook telah menjadi sangat berharga karena berhasil memanfaatkan menit perhatian manusia ini.
Namun, dengan mengakui bahwa ada cara "baik" dan "buruk" untuk berinteraksi dengan media sosial, Facebook secara tidak sengaja mengungkapkan bahwa penggunaan kritis terhadap layanan mereka bisa menjadi masalah besar bagi model bisnis mereka. Jika semua orang mulai menggunakan media sosial dengan lebih kritis dan selektif, jumlah menit perhatian yang bisa dijual kepada pengiklan akan menurun drastis, merugikan pendapatan mereka.
Untuk melawan ekonomi perhatian, kita harus mengadopsi pendekatan minimalis digital, menggunakan media sosial dan teknologi lainnya dengan cara yang lebih sadar dan selektif, fokus pada hal-hal yang benar-benar memberi nilai pada hidup kita.Â
Ini berarti menghapus aplikasi media sosial dari ponsel kita, menggunakan perangkat sebagai alat tunggal tujuan, dan bahkan mempertimbangkan untuk kembali ke ponsel dasar yang tidak mendukung aplikasi yang mengganggu.
Selain itu, kita harus menjadi lebih selektif dalam konsumsi berita kita, mengadopsi prinsip-prinsip Media Lambat yang memfokuskan pada kualitas daripada kuantitas, dan mengkonsumsi media dengan lebih sadar dan penuh perhatian.Â
Kita juga bisa belajar dari profesional media sosial yang menggunakan platform ini dengan cara yang sangat disiplin dan terstruktur untuk menghindari jebakan yang dirancang untuk membuat kita terpikat.
Pada akhirnya, bergabung dengan perlawanan perhatian berarti mengambil langkah berani untuk mengklaim kembali otonomi kita dari perusahaan-perusahaan yang berusaha untuk mengkomodifikasi waktu dan perhatian kita. Ini membutuhkan kesadaran, disiplin, dan komitmen untuk hidup dengan lebih sadar di era digital.Â
Dengan mempraktikkan minimalisme digital dan mengadopsi pendekatan yang lebih selektif dan bermakna terhadap teknologi, kita dapat memastikan bahwa hidup kita tidak dikendalikan oleh kepentingan ekonomi perhatian, melainkan oleh nilai-nilai dan tujuan pribadi kita sendiri.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI