Mohon tunggu...
Yan Okhtavianus Kalampung
Yan Okhtavianus Kalampung Mohon Tunggu... Penulis - Narablog, Akademisi, Peneliti.

Di sini saya menuangkan berbagai pikiran mengenai proses menulis akademik, diskusi berbagai buku serta cerita mengenai film dan lokasi menarik bagi saya.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Cara Merangkul Ketidakpastian dalam Hidup

2 Februari 2024   08:12 Diperbarui: 2 Februari 2024   08:36 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aspek kritis lain dari menerima ketidakpastian adalah prinsip redundansi. Bertentangan dengan kecenderungan modern untuk efisiensi, Taleb menyoroti pentingnya memiliki kapasitas cadangan dan alternatif sebagai penyangga terhadap guncangan.

Redundansi ini bukan pemborosan tetapi cadangan strategis yang memungkinkan sistem untuk fleksibel dan beradaptasi ketika dihadapkan dengan tantangan yang tidak terduga. Dalam sistem biologis, redundansi umum, dengan beberapa organ mampu mengkompensasi kegagalan yang lain, menggambarkan kecenderungan alami terhadap antifragilitas.

Taleb juga menekankan nilai dari coba-coba daripada perencanaan teoretis. Dalam dunia yang dikuasai oleh ketidakpastian, pengalaman dan eksperimen menjadi alat yang tak ternilai untuk penemuan dan adaptasi. 

Dengan terlibat dalam eksperimen kecil yang berisiko terkendali, individu dan organisasi dapat belajar dan berkembang lebih efektif daripada melalui perencanaan spekulatif. Pendekatan ini mendorong budaya inovasi, di mana kesalahan dilihat sebagai langkah yang diperlukan menuju pemahaman dan peningkatan.

Kulit dalam permainan (skin in the game) adalah konsep yang Taleb posisikan sebagai krusial untuk memanfaatkan ketidakpastian.

Ini menyiratkan bahwa mereka yang membuat keputusan atau memberikan saran harus berbagi dalam risiko dan hadiah dari tindakan mereka. Keselarasan kepentingan ini memastikan bahwa keputusan dibuat dengan pertimbangan lebih dan menghormati kompleksitas dan volatilitas dunia nyata. Ini juga mendorong tanggung jawab dan akuntabilitas, atribut penting untuk berkembang dalam lingkungan yang tidak pasti.

Menerima ketidakpastian, seperti yang Taleb sarankan, memerlukan pergeseran paradigma dalam bagaimana kita mempersepsikan dan berinteraksi dengan dunia. Ini menuntut perpindahan dari kenyamanan prediktabilitas dan kontrol, menuju pendekatan yang lebih dinamis dan adaptif. 

Perubahan ini bukan hanya teoritis tetapi memiliki implikasi praktis bagi individu, bisnis, dan masyarakat. Dengan membangun sistem dan menumbuhkan pola pikir yang tidak hanya tahan tetapi responsif secara positif terhadap volatilitas, kita dapat membuka potensi untuk pertumbuhan dan inovasi yang signifikan.

Kesimpulannya, "Antifragile: Things That Gain from Disorder" menawarkan argumen yang meyakinkan untuk mengevaluasi ulang hubungan kita dengan ketidakpastian. Wawasan Taleb memberikan cetak biru untuk mengembangkan antifragilitas, menganjurkan strategi yang tidak hanya bertahan dalam kekacauan tetapi berkembang karena itu. 

Menerima ketidakpastian bukan tentang mencari bahaya atau kecerobohan tetapi tentang mengakui keterbatasan wawasan kita dan kekuatan adaptabilitas. Dengan mengadopsi pola pikir ini, kita dapat mengubah ketidakpastian dari sumber kecemasan menjadi katalis untuk pertumbuhan, membuat kita tidak hanya lebih tangguh tetapi benar-benar antifragil.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun