Sebagai orang yang tidak terlibat banyak dengan soal penerbitan buku, saya baru saja tahu kalau ternyata jatah ISBN Indonesia itu terbatas.Â
Semenjak kuliah hingga saat ini bekerja di dunia akademis, saya sering mendengar informasi betapa mudahnya mendapatkan ISBN.
Banyak penerbit-penerbit indie yang menawarkan jasa penerbitan buku dalam jumlah yang sedikit tapi bisa mendapatkan nomor ISBN. Ini dilakukan untuk berbagai kepentingan.Â
Kepentingan pribadi yang ingin mempopulerkan karyanya atau untuk memenuhi tuntutan administrasi tertentu.
Mungkin tingkah laku para penerbit itu memberi efek secara langsung sehingga terjadi " pemborosan" jatah ISBN Indonesia. Tapi saya tidak akan mengarah ke situ.Â
Saya lebih tertarik melihat ke hulu persoalan, yaitu kenapa begitu banyak buku yg perlu diterbitkan tapi hanya dalam jumlah terbatas.
Sebagai intermezzo, saya seorang peneliti yang sementara bekerja dari luar negeri. Saya sering sekali mengalami kesulitan untuk mengakses buku-buku Indonesia.Â
Para penerbit Indonesia, khususnya yang berskala kecil, jarang meng-unggah buku terbitannya ke platform online seperti Google Books misalnya. Padahal banyak buku yang terbit tiap bulannya.
Sekarang dengan adanya krisis ISBN, saya jadi bertanya lalu untuk apa semua penerbitan buku ber-ISBN itu?
Sebagai pekerja dunia akademis, saya tahu bahwa salah satu penilaian kenaikan pangkat dosen di Indonesia itu adalah penerbitan buku ber-ISBN. Ini membuka kemungkinan dosen hanya menerbitkan buku dalam jumlah sedikit, sekedar untuk mendapatkan buku ber-ISBN.