Artikel "AI language models in human reproduction research: exploring ChatGPT's potential to assist academic writing" oleh N. Semrl dkk. menyajikan sebuah penelitian inovatif yang mengeksplorasi potensi model bahasa AI, khususnya ChatGPT, dalam membantu penulisan akademis di bidang penelitian reproduksi manusia. Artikel ini mencakup evaluasi komprehensif tentang bagaimana AI dapat digunakan dalam penelitian ilmiah, dengan fokus pada tiga aspek utama: menjawab pertanyaan ilmiah, mengidentifikasi dan mengutip literatur relevan, serta merangkum temuan penelitian.
Pada awal artikel, penulis memberikan latar belakang tentang kemajuan teknologi AI dan perkembangannya dalam berbagai bidang, termasuk penelitian ilmiah. Mereka menyatakan bahwa meskipun AI telah membuat kemajuan signifikan, masih ada pertanyaan tentang seberapa efektifnya AI, khususnya model bahasa seperti ChatGPT, dalam konteks akademis yang spesifik, seperti penelitian reproduksi manusia.
Artikel tersebut kemudian memaparkan metodologi yang digunakan untuk mengevaluasi ChatGPT. Penulis melakukan serangkaian tes untuk menilai kemampuan ChatGPT dalam menjawab pertanyaan ilmiah yang spesifik, mencari dan mengutip literatur yang relevan, serta merangkum hasil penelitian. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan mencakup topik-topik yang berkaitan dengan bidang reproduksi manusia, dan ChatGPT diminta untuk memberikan jawaban yang akurat dan informatif.
Hasil evaluasi menunjukkan bahwa ChatGPT memiliki kemampuan yang bervariasi dalam berbagai aspek. Dalam menjawab pertanyaan ilmiah, ChatGPT mampu memberikan jawaban yang informatif, namun terkadang informasi yang diberikan tidak selalu akurat atau relevan. Dalam hal mengidentifikasi dan mengutip literatur, ChatGPT menunjukkan kelemahan karena sering kali tidak dapat mengutip sumber yang tepat atau terbaru. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan ChatGPT yang hanya memiliki akses ke data hingga tahun 2021 dan tidak dapat mengakses database literatur ilmiah secara langsung.
Salah satu temuan penting dari penelitian ini adalah bahwa meskipun ChatGPT dapat menghasilkan teks yang koheren dan tampaknya informatif, model ini masih berjuang dalam hal keakuratan dan keandalan, terutama dalam konteks ilmiah yang memerlukan ketepatan dan kebaruan informasi. Penulis juga menyoroti masalah "halusinasi AI", di mana ChatGPT terkadang menghasilkan informasi yang tidak benar atau tidak didukung oleh sumber yang valid.
Penulis artikel ini berargumen bahwa, meskipun ada keterbatasan, ChatGPT dan model bahasa AI serupa memiliki potensi untuk membantu dalam penulisan akademis, khususnya dalam merangkum informasi dan menulis draf awal. Namun, mereka menekankan perlunya pengawasan manusia yang ketat dan verifikasi informasi secara independen untuk memastikan keakuratan dan relevansi materi.
Kesimpulan artikel menekankan bahwa penggunaan ChatGPT dalam penelitian ilmiah harus dilakukan dengan hati-hati. Penulis mengusulkan diskusi terbuka di komunitas penelitian tentang manfaat dan risiko penggunaan AI dalam penulisan akademis. Mereka juga menyarankan pengembangan lebih lanjut pada model AI untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam menangani tugas-tugas ilmiah yang lebih kompleks, serta mempertimbangkan aspek etis dan implikasi dari penggunaan AI dalam penelitian.
#AnalisisÂ
Analisis artikel ini menggunakan keterampilan berpikir tingkat tinggi dari revisi taksonomi Bloom adalah sebagai berikut:
Mengingat: Artikel ini mengkaji kemampuan ChatGPT dalam tiga area utama: menjawab pertanyaan ilmiah, mengidentifikasi dan mengutip literatur relevan, serta merangkum temuan untuk membantu dalam penulisan ilmiah.
Memahami: Penulis menunjukkan pemahaman tentang keterbatasan ChatGPT, termasuk ketidakmampuannya untuk mengakses data setelah tahun 2021, kecenderungan untuk menghasilkan 'halusinasi AI' (informasi yang dibuat-buat), dan potensi bias karena proses pelatihannya.
Menerapkan: Artikel ini menerapkan konsep-konsep ini dengan melakukan evaluasi praktis terhadap ChatGPT. Termasuk tes di mana ChatGPT digunakan untuk menjawab pertanyaan studi, mengutip literatur, dan merangkum temuan ilmiah dari meta-analisis terkini.
Menganalisis: Para penulis secara kritis menganalisis output ChatGPT, mengidentifikasi ketidakakuratan, formulasi yang samar, dan jawaban yang dibuat-buat. Mereka juga mendiskusikan implikasi etis dan potensi bias dalam tanggapan ChatGPT.
Menilai: Artikel tersebut mengevaluasi kinerja ChatGPT dan menyimpulkan bahwa meskipun dapat menghasilkan teks berkualitas tinggi dan membantu merangkum informasi, saat ini terbatas dalam menginterpretasikan data, menjawab pertanyaan ilmiah secara akurat, dan tidak dapat diandalkan untuk pencarian literatur atau pengutipan sumber yang akurat.
Mencipta: Para penulis menyarankan perbaikan dan aplikasi masa depan model bahasa AI dalam penelitian. Mereka menganjurkan diskusi terbuka di dalam komunitas penelitian untuk mengeksplorasi keuntungan dan kerugian implementasi teknologi AI dalam penulisan dan penelitian akademis.
Secara keseluruhan, artikel tersebut memberikan penilaian komprehensif tentang kemampuan dan keterbatasan ChatGPT saat ini dalam konteks penelitian reproduksi manusia, menyarankan penggunaan AI yang hati-hati dan terawasi dalam penulisan akademis sambil menyoroti kebutuhan untuk pengembangan lebih lanjut dan pertimbangan etis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H