Mohon tunggu...
Yan Okhtavianus Kalampung
Yan Okhtavianus Kalampung Mohon Tunggu... Penulis - Narablog, Akademisi, Peneliti.

Di sini saya menuangkan berbagai pikiran mengenai proses menulis akademik, diskusi berbagai buku serta cerita mengenai film dan lokasi menarik bagi saya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Meratapi Nasib Buku di Perayaan Hari Buku

17 Mei 2020   17:12 Diperbarui: 17 Mei 2020   17:11 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dengan demikian praktek Bibliosida (penghancuran buku) yang dilakukan itu entah mereka sendiri mengerti atau tidak mengenai isinya, dilatari oleh orang-orang yang ingin ingatan dalam buku-buku itu dimusnahkan.

Memang banyak buku yang disita itu justru salah sasaran. Seperti yang terjadi dengan buku Eka Kurniawan dan Tan Malaka yang dikira Polisi sebagai buku-buku kelompok Anarko. Dari sini kita melihat pembenaran dari teori Baez bahwa orang yang membenci buku, bukan karena objeknya tapi karena faktor ideologis.

Biar bagaimanapun kita tidak setuju dengan isi buku tertentu, penghancurannya justru bukan membenarkan pandangan kita. Cara yang elegan dan manusiawi adalah dengan membuat buku tandingan yang membantah isi buku itu.

Cara demikian adalah bagian dari edukasi terhadap masyarakat. Dapat disadari bahwa pemikiran (atau ingatan menurut Baez) dapat dibasmi dengan cara Barbar seperti itu daripada berlelah untuk menulis balik. Tapi cara gampang itu juga yang memungkinkan kita selalu bercokol di kelas bawah dalam tiap tes kemampuan akademik dunia.

Fakta miris mengenai penyitaan buku yang berlangsung pada bulan yang sama dengan Hari Buku Sedunia, semakin membenarkan bahwa masih banyak orang Indonesia yang tidak paham mengenai pentingnya literasi.

Hari Buku Sedunia yang seharusnya dirayakan dengan semangat agar orang Indonesia mencintai buku, maka dibayangi dengan Bibliosida yang lucu.

Sejak awal mulanya, Hari Buku Sedunia dirayakan dengan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan buku. Seperti membagikan buku kepada sahabat, kenalan, keluarga dll. Atau sebenarnya bisa dengan menggelar berbagai diskusi buku.

Barangkali momen ini akan sangat berkesan kalau para penyita buku itu mengadakan diskusi buku untuk membantah isi-isi buku yang tidak disetujui itu. Daripada bersikap seperti bangsa yang tidak terdidik. Ya mungkin mendidik bangsa penakut lebih baik dari pada mendidik bangsa yang berliterasi tinggi.

Semoga teror yang disebabkan oleh para biblioklas (penghancur buku) itu, tidak menyurutkan semangat orang Indonesia untuk terus membaca walaupun dengan rasa sedih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun