Semua alasan berderetan itu jadi tidak elok karena sekolah sejatinya diadakan untuk orang yg ingin belajar. Sebab tidak bisa dipikirkan hal lain lagi, terkait fungsi asali dari sekolah. Dari maksud awal pendirian, sampai pada pelaksanaannya, sekolah memang diadakan untuk tempat belajar.
Segala fasilitas diadakan untuk jadi sarana belajar. Guru dan Dosen hadir di sekolah untuk belajar dan mengajar. Memang maksud utama sekolah adalah untuk jadi tempat belajar.
Tapi kenyataannya sebagian besar orang masuk sekolah bukan untuk belajar tapi untuk mendapatkan ijazah. Maka dalam hemat saya, seharusnya ijazah tidak boleh dijadikan syarat untuk hal lain selain belajar sesuatu.
Ijazah memang tanda orang pernah sekolah, tapi belum tentu tanda orang belajar. Karena banyak sekali orang yang rela membeli ijazah, dan kalaupun mengikuti pelajaran di sekolah, tidak menjalaninya dengan serius, hanya sekedar saja.
Yang perlu dijadikan syarat untuk bekerja misalnya, bukanlah ijazah tapi kemampuan. Karena sesungguhnya banyak sekolah yang hanya sekedar memberi ijazah tapi tidak memberi ilmu. Proses pendidikan berjalan begitu saja, tanpa ada inovasi untuk menjadikan pendidikan bisa berkembang ke arah lebih baik. Lagipula yang dibutuhkan oleh lahan pekerjaan, itu bukan ijazah tapi kemampuan yang dimiliki. Â
Penekanan pada kemampuan, alih-alih ijazah sudah diterapkan oleh beberapa perusahan besar. Mereka mulai merasa bahwa sekolah tidak berguna lagi, karena tidak menyediakan lulusan dengan kemampuan yang dibutuhkan oleh lahan kerja. Sama seperti yg diberlakukan oleh Google misalnya.
Supaya yang tinggal bersekolah itu hanya orang-orang yang ingin belajar. Mereka yang serius ingin mendapat ilmu dan kemampuan tertentu.
Ah, betapa indahnya sekolah itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H