Mohon tunggu...
Yan veraosmana
Yan veraosmana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Glang-Glong Swasta
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi Ngerokok lan Ngopi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Luluh Lantak

26 Januari 2023   13:59 Diperbarui: 26 Januari 2023   14:05 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keakuanku Luluh Lantak

Aku pun tersungkur dilantai rumahmu tanpa seorang pun tahu. Aku menangis sendirian tanpa bayang-bayang, dalam tengadah. Tangan ku lunglai berjuntai ditanah lantai. Seluruh badanku bergetar mulut ku terkunci, mataku buta karena air mata.  Aku pun terus menggelepar diatas sajadah di dalam rumah mu.

Entah mengapa kesalahanku, kekhilafan ku terus menyeruak didalam kepalaku dan kalbu ku. Bahkan dosa-dosaku pun serasa muncul semua dihadapan ku. Hingga buat ku tak berdaya berlinang duka nestapa. Dan meluluh lantakan semua termasuk meremukan tulang belulang ku.

Dan disuasana temaram diredupnya hati ditengah dinginya ragawi terbasuh tetesan embun. Yang jatuh dari gelapnya langit.

Dan dilayung pagi ku ini semuanya datang bertubi -tubi. Dikala tengah mebersimpuh memanggil namamu. Aku pun mencoba dan terus mencoba memengingat-ingat semuanya seraya memanggil namamu.

Sambil menatap semburat merah jingga menghampar dilangit mu. Yang seolah-olah tengah berbisik lirih, usai tersenyum melihatku serta menyapa ku. Entah semua ini begitu cepat meluluh lantakan hidupku

Entah untuk apa begitu, entah bisa begini. Seakan-akan tak merasa cukup, aku lihat kuasanya. Padahal kelembutan dan kuasa serta kasihnya terus membelai kalbu ku.

Aku pun Tersentak dan terhayut meratapi semuanya. Hingga aku pun tak mampu tuk berdiri.  Guna melihat indahnya tubuhmu di kala tengah meliuk-liuk  dan berdansa di depan mataku ku. Mulut tubuhmu serta wangi aroma rambutmu telah membuatku bernafsu untuk segera mencumbumu.

Akupun mengerang sendiri merasakan itu dan aku mengejang sendiri merasakan ini. Hinga membuncahkan sebuah linangan air mata kesedihan. Serta menelanjangi pikiran yang penuh nafsu bersimpuh.

Tetapi aku tak melihat engkau berjalan begitu tenang diatas tubuhku dan pikiran ku. Kenapa engkau tak menghiraukan ku. Malah sengaja meledek ku terus. 

Kenapa engkau hanya memakai gaun tipis dan tembus pandang dihadapan ku. Apa ini gurauanmu, sedangkan engaku tahu, aku tak kuasa dalam menahan hasrat ku yang begitu tinggi. Apakah kamu sengaja ingin melihatku yang hanya bisa menelan ludah dikalara membelai bayangan mu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun