Mohon tunggu...
Yan veraosmana
Yan veraosmana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Glang-Glong Swasta
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi Ngerokok lan Ngopi

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kenanganku Ditinggalkan Semua Orang

23 Desember 2022   20:16 Diperbarui: 23 Desember 2022   20:29 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Disaat Usaha Ku Bangkrut. Aku Ditinggal Sendirian 

Kalau bicara berlimpah materi. Dulu setiap hari aku selalu menikmati sedapnya aroma bersetubuh dengan kekayaan dan kesuksesan. Dan aku harus berkata jujur, bahwa kondisi ku pada saat itu, memang terasa nikmat sekali, baik itu goyangan gairah, kuluman kegeliannya rasa cinta dunia, begitu terus menggebu-gebu. 

Sampai-sampai memancarkan cahaya kenikmatan dunia, dengan bumbu liak liuk sahwat kehidupan duniawi. Yang mana, selalu terus menjamah alat vital kenikmatan hidup ku. Dan aku pun tak kuasa, hingga larut dan terbawa ikut merasakan klimaksnya kehidupan. 

Kemudian lambat laun, aku pun lunglai tak beraturan. Seakan-akan tulang belulangku lepas semua dari badan ku. Dan akupun menangis meraung-raung bagai anak kecil yang diambil mainan kesayanganya. 

Aku pun jatuh, kedalam kenestapaan dan kekurangan apapun, baik materi maupun asupan ragawi. Ya, tragedi itu, adalah sebuah nilai buruk buat ku. Yang tak tahu menahu apa penyebabnya, tetapi nampak sangat jelas kebangkrutan usahaku pada saat itu. 

Dimana kenyataan itu sendiri, telah menjerumuskanku pada sebuah titik nadir kehidupan dan penderitaan. Hingga aku pun, mulai ditinggalkan oleh semua orang. Dan aku merasakan sebuah arti kesepian tanpa seorang pun mau peduli. 

Baru kali ini, aku merasakan kepahitan hidup, yang begitu teramat sangat menyiksa ku setiap waktu. Hingga semuanya serasa kiamat, terus sekelilingku menjadi gelap gulita serta terasa sunyi sepi tak berpenghuni. Meski diterik panasnya mentari dan ditengah pusat keramaian nikmatya dunia. 

Pada saat itu, hari-hari ku mulai dipenuhi kekesalan dalam kesepian. Penyesalan dan penderitaan. Meskipun aku terus meronta-ronta dan berontak didepan semuanya, di depan muka semua orang. 

Tapi mereka menganggapku gila. Sampai-sampai mereka semua lari, dan tak ada satupun yang mau peduli.  Aku pun tersentak, karena merasakan kelelahan hidup dalam keputus asaan. 

Lalu batin ku pun terasa kosong mlompong, perasaan ku hampa tak berangin.  otak kupun tiba-tiba mati suri.

Akhirnya pun, aku dipaksa besetubuh oleh keadaan. Dan bertemankan kesepian dan kesendirian. Yang terus memaksaku menerima kenyataan pahit tersebut.  Dimana setiap hari, Aku selalu dipaksa untuk menikmatinya dengan senang hati. 

Hingga membikin otak ku menerima segalanya. Meski sedikit demi sedikit mulai bisa beradaptasi, tapi ke egoisanku tetap memuncak. Namun hati ku, lambat laun mulai menyukainya penderitaan dalam kesunyian. 

Anehnya, dapat membangkitkan gairah terpendam ku. Dalam menyusun kata demi kata, menjadi sebuah karya dari pengalaman nyata ku. Yang tengah mengalami bagaimana rasanya kepahitan hidup tersebut.

Dan momentum sakral ku pada saat itu. Datang secara tiba-tiba untuk melupakan penderitaan ku saat itu. Sehingga membuat eksistensi ku mulai bangkit dan menggebu-gebu. Untuk membangunkan potensi ku yang berpuluh tahun terbujur kaku dalam kalbu. 

Semangatku termotivasi sebuah kata-kata bijak dalam hati. Walaupun aku tak tahu kenapa bisa datang secara tiba-tiba. Tapi aku mulai mengeluarkan pemikiran-pemikiran reflektif. Yang tak sengaja aku tuangkan dalam sebuah tulisan diatas kertas putih. 

Entah buat apa dan mau apa. Tetapi niat ku hanya satu pada saat itu. Agar bisa dijadikan pengalaman oleh semua orang, termasuk teman-teman ku yang telah meninggalkan ku dikala kesusahan dan penuh penderitaan nyata.

Sekarang aku mulai menikmati bersetubuh dengan pemikiranku. Untuk memahami tentang arti hidup dan arti berbagi dalam diri ku sebagai manusia seutuhnya. 

Meskipun disaat kesepian ditengah penderitaan ku tak ada yang membantu ku. Namun ada kalanya kondisi pada saat itu, teryata bisa memunculkan pemikiran-pemikiran baru. Yangmana aku pun, langsung menuangkan kedalam sebuah tulisan, entah dalam bentuk kata-kata mutiara kehidupan maupun sebuah cerita pendek. Yang dilatar belakangi pengalaman diri sendiri, menjalani pahit dan manis ya hidup ku sendiri. 

Ya, kesepian dalam penderitaan ini, bisa dikata bukan sebuah isolasi diri, terhadap realitas kehidupan. Tetapi pembelajaran diri, untuk merenungkan apa yang sebenarnya terjadi. Sambil memaknai ketentuan tuhan yang hakiki, lantaran semuanya sudah digariskannya.

Sekarang sadar, serta mulai memunculkan eksistensiku di dalam kesepian ku, guna sebagai pemantik pikiran atau otak ku. Karena aku harus bangkit, aku harus produktif lagi. Meskipun pada jalur yang berbeda, tapi terpenting bisa membuatku bahagia dalam menghargai semuanya. 

Dan mulai saat itu, Aku sudah berjanji pada diriku sendiri. Untuk secepatnya membuang watak individualis ku, yang mana telah menyebabkan ku pada titik nadir ku. Aku pun harus ikhlas menerima kenyataan ini. Dengan terus membakar semangat baru ku, untuk menjadi manusia baru. Yang mampu berkembang supaya bisa melihat kenyataan-kenyataan baru dan suasana baru. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun