Hingga membikin otak ku menerima segalanya. Meski sedikit demi sedikit mulai bisa beradaptasi, tapi ke egoisanku tetap memuncak. Namun hati ku, lambat laun mulai menyukainya penderitaan dalam kesunyian.Â
Anehnya, dapat membangkitkan gairah terpendam ku. Dalam menyusun kata demi kata, menjadi sebuah karya dari pengalaman nyata ku. Yang tengah mengalami bagaimana rasanya kepahitan hidup tersebut.
Dan momentum sakral ku pada saat itu. Datang secara tiba-tiba untuk melupakan penderitaan ku saat itu. Sehingga membuat eksistensi ku mulai bangkit dan menggebu-gebu. Untuk membangunkan potensi ku yang berpuluh tahun terbujur kaku dalam kalbu.Â
Semangatku termotivasi sebuah kata-kata bijak dalam hati. Walaupun aku tak tahu kenapa bisa datang secara tiba-tiba. Tapi aku mulai mengeluarkan pemikiran-pemikiran reflektif. Yang tak sengaja aku tuangkan dalam sebuah tulisan diatas kertas putih.Â
Entah buat apa dan mau apa. Tetapi niat ku hanya satu pada saat itu. Agar bisa dijadikan pengalaman oleh semua orang, termasuk teman-teman ku yang telah meninggalkan ku dikala kesusahan dan penuh penderitaan nyata.
Sekarang aku mulai menikmati bersetubuh dengan pemikiranku. Untuk memahami tentang arti hidup dan arti berbagi dalam diri ku sebagai manusia seutuhnya.Â
Meskipun disaat kesepian ditengah penderitaan ku tak ada yang membantu ku. Namun ada kalanya kondisi pada saat itu, teryata bisa memunculkan pemikiran-pemikiran baru. Yangmana aku pun, langsung menuangkan kedalam sebuah tulisan, entah dalam bentuk kata-kata mutiara kehidupan maupun sebuah cerita pendek. Yang dilatar belakangi pengalaman diri sendiri, menjalani pahit dan manis ya hidup ku sendiri.Â
Ya, kesepian dalam penderitaan ini, bisa dikata bukan sebuah isolasi diri, terhadap realitas kehidupan. Tetapi pembelajaran diri, untuk merenungkan apa yang sebenarnya terjadi. Sambil memaknai ketentuan tuhan yang hakiki, lantaran semuanya sudah digariskannya.
Sekarang sadar, serta mulai memunculkan eksistensiku di dalam kesepian ku, guna sebagai pemantik pikiran atau otak ku. Karena aku harus bangkit, aku harus produktif lagi. Meskipun pada jalur yang berbeda, tapi terpenting bisa membuatku bahagia dalam menghargai semuanya.Â
Dan mulai saat itu, Aku sudah berjanji pada diriku sendiri. Untuk secepatnya membuang watak individualis ku, yang mana telah menyebabkan ku pada titik nadir ku. Aku pun harus ikhlas menerima kenyataan ini. Dengan terus membakar semangat baru ku, untuk menjadi manusia baru. Yang mampu berkembang supaya bisa melihat kenyataan-kenyataan baru dan suasana baru.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H