BELAJAR Menjadi Benar, Tidak Munafik Ditengah Era Kemunafikan
Kadang kita harus berani melawan ketidakbenaran. Dalam arti untuk (diri sendiri loh) dengan cara, yang salah satunya, termasuk ketidakbenaran cara pikir kita, sudut pandang kita dan pola pikir kita.
Karena jikalau kita, memiliki kecenderungan menjawab sesuatu yang berlawanan dengan apa yang kita rasakan, lawan lah dengan gagah berani.
Ya, sebab, hal itu bisa disebut disonansi kognitif. Apakah itu? Â adalah sesuatu yang dialami setiap kali kamu menemui kebimbangan ketidakonsistenan dalam hidup.Â
Dimana pikiran sadarmu tahu bahwa apa yang kamu lakukan itu tak sejalan dengan nurani. Dan terus kamu lakukan walapun bertolak belakang dengan perasaanmu. Sama saja dengan membohongi diri mu sendiri.
Ada rasa sesal didalam diri, tapi tak bisa menghidari dan terus menerus dilakukan. Sehingga memunculkan rasa berontak yang begitu kuat di dalam hati. Maka, salurkanlah sepenuh hati, agar ada titik terang menuju jalan kebenaran.
Memang munafik dan kemunafikan diri. Selalu bertentangan dengan hatiku, dan membuat hati ku tidak tenang. Ya, itulah mengapa kemunafikan harus dihindari dalam diri. Dan untuk menghindari kemunafikan tersebut, aku mencoba, dan kamupun bisa mencoba menggunakan teori disonansi kognitif.Â
Apakah itu? Adalah sebuah situasi yang mengacu pada konflik mental, yang terjadi ketika keyakinan, sikap, dan perilaku seseorang, (ambil contoh aku lah) tidak selaras dengan hati nuraniku.Â
Bisa aku ambil contoh. Ketika kamu seorang perokok, pasti akan tetap merokok, meski pun telah mengetahui bahwa merokok bisa berbahaya bagi kesehatan kamu. Paham!!
Teori itu, mengajarkan aku. Untuk melawan pikiran sadarku, agar tidak terus-menerus menuruti niat menjadi munafik. Yang mana telah menjerumuskanku kedalam lingkaran kemunafikan.
Dan aku pun, sekarang tengah melatih diri. Untuk selalu berpikir secara rasional, supaya bisa lebih menguasai diri, melawan cara berpikir yang tidak rasional. Sehingga dapat menuntun kembali dari jalan kekeliruan diri.
Menurutku sih, Memang tidaklah mudah. Sebab, belajar dengan teori disonansi kognitif, membutuhkan latihan yang sangat serius. Dan kalau semakin kita fokus, akan semakin dekat pula dengan apa yang disebut kebenaran dan sudut pandang akan kebenaran susuai keyakinan hati.
Ah..pusing sekali aku. Mungkin karena kebanyakan teori. Hahahah, tapi daripada pusing Lebih baik (Markidang)Mari Kita Medang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H