Tulisannya tak terbaca, tulisannya tak bermakna
Kata-katanya biasa, tak pantas disandingkan dengan pujangga
Anggaplah hal itu pekerjaan sia-sia
Tapi tahukah engkau jika ada nyawa dalam puisinya
Hari-harinya adalah bersenandung lagu-lagu tawa
Memeriahkan segala luka yang diderita
Hingga air mata tahu kapan ia harus bertahta di ujung mata
Untuk mengeja syair yang ia cipta
Perihal merayakan hari-hari bahagia, adalah angan-angan belaka
Yang ia simpan rapat-rapat
Agar tak terbaca oleh dunianya yang hampa
Agar tak terdengar oleh harapan-harapan yang mustahil nyata
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H