Mohon tunggu...
Nurul Yamsy
Nurul Yamsy Mohon Tunggu... Penulis - .

Jika ucap tak lagi mampu berkata, biarlah kata yang mengungkap

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bualan tentang Kerinduan

23 Agustus 2021   23:38 Diperbarui: 23 Agustus 2021   23:39 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada sebilah rindu di sini.
Menganga menanti sebuah pertemuan.
Ada sebilah rindu di sini.
Menemani purnama yang sedang menjadi cahaya untuk gulita sang malam.
Ada sebilah rindu di sini.
Menanggung cinta yang telah ikhlas terucapkan pada sang kekasih.

Ada seorang aku di sini.
Sedang menjalani takdir atas rindu yang kau ciptakan.
Ada seorang aku disini.
Berdiri bersama seluruh kenang dan kisah yang tercipta atas kita.
Ada seorang aku disini.
Sedang mengepakkan sayap yang tak lagi kokoh, menerjang pedih atas kehampaan tanpamu.

Bila saja kau sebut rindu ini dusta, niscaya kau tak akan mampu membuktikan kedustaannya.
Bila saja kau anggap rindu ini hina, asal engkau tahu bahwa segala tentangmu tiadalah hina.
Dan bila saja kau kira rindu ini hanya bualan, maka percayalah.
Bahwa bualan paling nyata yang pernah terucap dari lisanku adalah perihal aku merindukanmu.

Malang 23.08.21

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun