Kisah ini diambil dari sebuah buku yang sangat menarik perhatian Saya ketika baru saja membaca judulnya. Judul buku itu "Merasa Pintar, Bodoh Saja Tak Punya", karya Rusdhi Mathari.Â
Dari judulnya saja, sudah membuat Saya penasaran akan seperti apa kisah-kisah yang diceritakan di dalamnya.Â
Benar saja, banyak sekali kisah-kisah yang mampu menyadarkan kita akan makna kehidupan. Salah satunya tentang hewan nyamuk ini. Ada apa sebenarnya dengan nyamuk ini? Pelajaran apa yang dapat diambil dari seekor binatang yang seringkali menggigit dan mengganggu pendengaran  kita?
"Kamu sudah tidak bisa menciptakan, membunuhnya, kemudian juga menganggapnya pengganggu. Kamu itu masih merasa paling mulia, Mat."
Itulah kalimat yang ditulis oleh Rusdi Mathari dalam bukunya. Sederhana, tapi sarat akan makna di dalamnya. Sebenarnya kalimat itu menyindir diri Saya sendiri.Â
Bagaimana tidak? Saya juga sering membunuh nyamuk, dan menganggapnya sebagai pengganggu. Sering merasa kesal dengan adanya nyamuk.Â
Padahal dengan adanya nyamuk, kita sebagai manusia bisa melakukan sedekah. Ya, kita bisa bersedekah kepada nyamuk melalui darah yang dihisap oleh nyamuk pada tubuh kita.Â
Secara tidak sadar, Allah telah mengingatkan kita melalui salah satu makhluknya yaitu seekor nyamuk, bahwa dalam diri manusia itu, ada hak makhluk lain. Makhluk Allah sangat banyak, tidak hanya sebatas manusia saja. Nyamuk juga tentu makhluk Allah.
Dikatakan juga dalam buku tersebut, bahwa Allah menciptakan sesuatu tidak ada yang sia-sia. Sama halnya seperti nyamuk yang diciptakan Allah, pasti tidak akan sia-sia.Â
Bisa jadi, kegiatan nyamuk mengisap darah manusia sebagai bentuk ibadah nyamuk kepada Allah. Berhusnudzon pada nyamuk juga tidak ada salahnya kan. Kita tidak pernah tau bukan?
Sedekah bisa kita lakukan kepada siapapun makhluk Allah, tak terkecuali pada seekor nyamuk.
Ayat-ayat kauniyah Allah sebenarnya ada banyak di sekitar kita. Ada sebagai bahan pelajaran bagi kita untuk tetap mengingat dan berada di jalan Allah swt. Tinggal bagaimana manusianya yang harus peka meyadari adanya ayat-ayat kauniyah itu.
Hmmm, terima kasih Pak Rusdi. Ceritanya sangat menginspirasi dan menyadarkan Saya. Ada banyak kisah yang bisa diambil pelajarannya.
Maaf ya nyamuk, pernah bersu'udzon dan menganggapmu pengganggu. Hehehe.
Salam hangat.
Nurul Yamsy.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H