Mohon tunggu...
Nurul Yamsy
Nurul Yamsy Mohon Tunggu... Penulis - .

Jika ucap tak lagi mampu berkata, biarlah kata yang mengungkap

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Secangkir Kopi Buatanmu

19 Agustus 2020   22:40 Diperbarui: 19 Agustus 2020   23:08 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah malam itu, aku belum pernah lagi menyeduh kopi racikanmu. Karena takdir telah menjadikanmu candu dalam hal kumerindu.

Saat bintang datang menyapa. Ketika rembulan kembali tampak. Bersama sepi dan hening yang menyatu. Hanya ada kamu dalam ingatku. Hanya ada tatap matamu dalam bayangku. Hanya ada bayang rinduku ketika kamu menyuguhkan secangkir kopi hitam di atas mejaku.

Cangkir itu masih ada. Tertata rapi di atas rak gelas dapurku. Menguarkan aroma kopi yang kau seduh, dengan bubuk dan gula yang kau racik.

Malam kembali hadir, menemaniku berbaur dengan setumpuk pekerjaan yang  menjadi sebab mataku lembur. Tak ada lagi secangkir kopi yang lagi kuseduh. Tak ada lagi aromanya yang selalu menemaniku menatap layar komputer. Tak ada lagi tawaranmu yang kau tanyakan padaku, "mau dibuatkan kopi?".

Salam hangat.

Nurul Yamsy

Malang, 19 Agustus 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun