Mohon tunggu...
Nurul Yamsy
Nurul Yamsy Mohon Tunggu... Penulis - .

Jika ucap tak lagi mampu berkata, biarlah kata yang mengungkap

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pelajaran Berharga dari Film "Freedom Writers"

11 Maret 2018   20:25 Diperbarui: 11 Maret 2018   20:33 5973
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Assalamu'alaikum warahmatullaahi wabaraakatuh

Tugas seorang guru tidak hanya sekedar mengajarkan pelajaran sesuai kurikulum yang ditentukan. Tapi seharusnya seorang guru memberika seseuatu yang dibutuhkan siswa, agar dengan sesuatu tersebut siswa dapat mengembangkan potensi dala dirinya. Dan seorang guru tidak bisa memilih siswa mana yang akan diajar. Seorang guru harus bisa menghadapi segala karekter yang dimiliki peserta didiknya. Jika memang karakter tersebut tidak sesuai dengan yang seharusnya peserta didik miliki, maka guru harus bisa membimbing siswa, agar memiliki karakter yang baik.

Dari sini, mari kita tengok sebuah film yang menggambarkan seorang guru dengan para muridnya yang mungkin mereka telah dianggap sampah masyarakat oleh skitarnya, Karen para murid tersebut adalah anggota geng yang identic dengan hal-hal yang berbau kekerasan. Mungkin beberapa dari pembaca sudah mengetahui seperti apa film "Freedom Writers". Film  perjuangan seorang guru yang mengajar para siswa, yang mereka adalah korban konflik antar ras yang terjadi di lingkungan rumah mereka. Dan konflik tersebut terbawa sampai di dalam kelas. Hal tersebut tentu akan sangat memengaruhi psikologis dari para siswa tersebut.

Dikisahkan, Erin Gruwell, seorang wanita yang berpendidikan tinggi mengajar di Woodrow Wilson High School sebagai guru Bahasa Inggris untuk kelas khusus anak-anak korban perkelahian antar geng rasial. Tujuan dari Erin pun sangat sederhana, Erlin hanya ingin memberikan pendidikan yang layak kepada para siswanya, karena mereka memang  berhak mendapat apa yang seharusnya mereka dapat. Bahkan guru yang berpengalamanpun enggan mengajar mereka. Tapi tidak dengan guru Erin.

Di hari pertamanya mengajar, para siswanya menganggap Erin tak akan mampu menghadapi mereka yang merupakan anggota geng. Erin pun bisa melihat, bahkan saat di dalam kelas pun mereka berkumpul hanya dengan anggota rasnya masing-masing. Dan hal ini tidak bisa dibiarkan, maka dari itu guru Erin berusaha keras untuk bisa mmberikan pendidikan yang pantas mereka dapatkan sehingga dapat mengubah karakter kurang baik yang ada pada mereka.

Dan suatu hari  di tengah jam pelajaran berlangsung, ada seorang dari siswa Erin yang menggambar karikatur wajah dari ras yang berbeda dengan dirinya, lalu siswa tersebut menyebarkan gambar tersebut ke seluruh teman di kelasnya, dan hal tersebut membuat gaduh. Sehingga guru Erin mengetahui apa yang membuat kelas tersebut. Guru Erin pun tidak bisa diam melihat hal tersebut. Akhirnya Erin bekerja keras untuk menyelesaikan kesalahpahaman ini, Erin perlu menyadarkan kepada peserta didiknya bahwa perbedaan tidak seharusnya membuat mereka tidak bersatu. 

Erin pun membuat sebuah game, dimana game tersebut mampu membuat para siswanya berkata jujur. Dan game tersebut berhasil dilakukan oleh Erin. Setelah itu Erin memberikan siswanya masing-masing sebuah buku. Buku tersebut nantinya akan mereka isi dengan segala cerita apapun yang ingin mereka tulis di buku tersebut. 

Dan siapa yang mengizinkan tulisannya dibaca oleh Erin, maka buku tersebut harus diletakkan di almari yang ada di kelasnya, tidak ada yang bisa membaca buku tersebut kecuali Erin sendiri. Tanpa diduga, para siswa pun menyetujui hal tersebut, dan mereka semua meletakkan buknya di almari. 

Di waktu-waktu tertentu pun guru Erin membaca buku para siswanya, dan betapa terkejutnya guru Erin dengan cerita nyata para muridnya. Guru Erin pun akhirnya mengerti mengapa para siswanya berperilaku seperti itu, ternyata kehidupan para siswanya yang dulunya keras sangat memengaruhi psikologisnya. Dan guru Erin pun memikirkan dengan keras bagaimana menyelesaikan masalah muridnya, sehingga mereka nantinya bisa menjadi seseorang yang bermanfaat, dan tidak lagi dianggap sampah masyarakat yang menyusahkan orang lain.

Sebuah cara pun akhirnya berhasil ditemukan, yaitu gur Erin akan memberikan buku-buku berkualitas untuk mereka baca. Dari buku tersebut guru Erin berharap dapat mengubah mindsetnya. Dan guru Erin memberikan buku "The Diary of Anne Frank", buku tersebut menceritakan kisah gadis bernama Anne Frank korban genosida karena kebencian ras. Singkat cerita, dari buku tersebut para siswa sadar betapa tidak ada manfaatnya ketika mereka mempermasalahkan ras dalam kehidupan mereka. Dan mereka harus berfikir optimis, agar mereka bisa menjadi orang yang berguna dalam kehidupannya. Jasa guru Erin pun sangat berarti bagi para siswanya.

Kini dalam kehidupan nyata para siswa dari guru Erin telah menjadi orang-orany yang sukses di bidangnya masng-masing. Mereka sangat berterima kasih kepada guru Erin, karena guru Erin dapat mengubah mereka yang tadinya dianggap sebelah mata oleh masyarakat, kini bisa menjadi orang-orang yang berguna.

Dari film tersebut ada banyak pelajaran yang dapat kita petik, khususnya bagi para guru dimanapun mereka berada. Tugas guru tidak hanya mentransferkan ilmu yang dipunya, melainkan harus bisa membuat siswanya mampu menerapkan ilmunya, sehingga para siswa menjadi orang-orang yang berguna bagi sekitarnya. Dan bagi para siswa, perbedaan seharusnya tidak menghalangi iswa untuk tetap bisa merasakan pendidikan yang layak. Dan perlu dipahami bahwa dengan perbedaan akan dapat dilahirkan ide-ide kreatif yang mampu mengubah dunia menjadi lebih baik. Jika semua masih sibuk mengurusi perbedaan di antara mereka, maka itu tidak akan pernah ada akhirnya. Malah membuat dunia semakin meninggalkan mereka.

Semoga bermanfaat
Wassalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun