Mohon tunggu...
Abdussalam J. Yamjirin
Abdussalam J. Yamjirin Mohon Tunggu... Guru - Teacher, Art, Linguistics, Classic Literature

Merayap senyap di sela ilalang kata, meniti jejak samar pijar dunia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dinamika Sosial Kemasyarakatan Post-Pandemi

24 Februari 2024   18:35 Diperbarui: 24 Februari 2024   19:01 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anda merasa tidak?
Di era post-pandemi ini kita dihadapkan dengan perubahan besar dalam dinamika sosial kemasyarakatan. COVID-19 telah menjadi katalisator yang mempercepat perubahan karakter bangsa, mengekspos dan menggoyahkan fondasi individualisme yang selama ini tumbuh di tengah-tengah kita. Era pasca-COVID-19 menandai transisi menuju kehidupan yang baru, di mana konsep empati mengalami evolusi yang signifikan. Seseorang cenderung lebih mudah empati terhadap penderitaan dan kesulitan individu lain, dan apabila memungkinkan, akan berupaya turut serta memberikan bantuan mengatasi kesulitan mereka.

Dan demikianlah yang nampak, atau setidaknya oleh saya.
Di masa sulit pandemi kemarin, kita menyaksikan fenomena yang menarik: individualisme yang semula diartikan sebagai simbol kemajuan suatu bangsa, kini bermetamorfosis menjadi sikap primitif yang tak layak ditunjukkan di depan umum. Pergeseran ini tercermin dalam perilaku masyarakat yang cenderung lebih respek pada orang-orang yang gemar membantu orang lain yang terdampak pandemi, mengutamakan kepentingan bersama, hingga nampak pada bangkitnya norma-norma sosial yang ada.

Sisi positifnya, krisis global kemarin telah menginspirasi solidaritas baru di antara individu-individu yang sebelumnya mungkin terasingkan oleh kesibukan dan egoisme rutin keseharian. Kolaborasi lokal, kepedulian terhadap sesama, dan kesadaran akan pentingnya saling bahu-membahu menjadi pemandangan yang semakin umum. Kita melihat bahwa konsep partikelir tidak lagi hanya mencakup kepentingan diri sendiri, tetapi juga tanggung jawab terhadap kesejahteraan bersama.

Dalam menghadapi masa depan post-pandemi ini, kita harus menjalin keseimbangan antara mempertahankan nilai-nilai kebersamaan yang membangun kesadaran akan kebutuhan bersolidaritas dan kebersamaan. Kita perlu menumbuhkan budaya yang mendorong inklusi, empati, dan kepedulian terhadap seluruh anggota masyarakat. Dan dengan demikian kita dapat menciptakan dunia yang lebih adil, harmonis, serta berkelanjutan bagi generasi mendatang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun