Mohon tunggu...
Abdussalam J. Yamjirin
Abdussalam J. Yamjirin Mohon Tunggu... Guru - Teacher, Art, Linguistics, Classic Literature

Merayap senyap di sela ilalang kata, meniti jejak samar pijar dunia

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Privilege: Lebih dari Jabatan dan Kekayaan

23 Februari 2024   15:01 Diperbarui: 23 Februari 2024   17:58 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Privilege sering kali diidentifikasi dengan posisi sosial, kekayaan, atau kekuasaan. Namun, sejalan dengan evolusi persepsi masyarakat, disadari bahwa konsep privilege tidak hanya terpaku pada ranah jabatan atau keberlimpahan materi semata. Memiliki jejaring sosial pertemanan yang supportif, setia, dan ambisius dalam meraih cita-cita juga dapat dilihat sebagai bentuk privilege yang memiliki dampak signifikan.

Tidak dapat dipungkiri bahwa kedekatan dengan individu berpengaruh, orangtua yang menjabat di tingkat pejabat, atau melibatkan diri dalam lingkaran kekayaan memberikan keunggulan tertentu dalam meniti perjalanan hidup. Meskipun demikian, mengamati privilege hanya dari perspektif ini adalah gambaran yang terlalu sempit. Sejatinya, privilege melibatkan sejumlah aspek kehidupan yang dapat memberikan kemudahan atau keunggulan dalam mencapai berbagai tujuan.

Salah satu bentuk privilege yang kerap terlupakan adalah memiliki lingkaran sosial yang mendukung dan penuh ambisi. Rekan-rekan yang memberikan dukungan secara emosional dan intelektual mampu menjadi pendorong bagi seseorang untuk mencapai puncak cita-cita. Keberadaan teman-teman yang selalu memberikan dorongan positif, berkolaborasi dalam pertukaran ide, dan memberikan kritik yang membangun merupakan tambahan nilai yang tidak dapat diukur secara materi.

Pengalaman pribadi saya sendiri pernah menyaksikan seorang mahasiswa di kampus yang, meskipun memiliki pencapaian akademik yang biasa-biasa saja bahkan di bawah rata-rata, namun berkat perhatian dan dukungan teman-temannya yang berdedikasi dan membantunya memahamkan hal-hal yang perlu ia pahami, ia pun berhasil menyelesaikan skripsi dengan cepat dan akhirnya lulus tepat waktu. 

Hal ini menggambarkan bagaimana keberadaan privilege sosial yang bersumber dari interaksi sosial yang mendukung dapat memberikan keuntungan substansial, bahkan melebihi prestasi akademik semata.

Dengan memahami dan menghargai keragaman aspek privilege, masyarakat dapat lebih bijaksana dalam mengukur keberhasilan dan memberikan apresiasi terhadap dukungan sosial yang berperan dalam membentuk individu. Demikianlah, pentingnya memperluas perspektif mengenai privilege untuk menciptakan lingkungan yang inklusif dan mendorong pertumbuhan kolektif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun