Patut diperhatikan bahwa jalan disepanjang rumping cukup parah karena banyaknya truk-truk besar yang mengangut bebatuan besar dan juga pasir mengakibatkan jalan rusak dan debu berterbangan dimana-mana memang sangat disayangkan.
Setelah sampai dilokasi kami membeli air minum untuk dibawa kepuncak, ingat dipuncak tidak ada sumur yang ada hanya penjual makanan & minuman kecil namun harganya lumayan mahal. Sebelum nanjak kita bisa sholat dulu di mushala warga sekitar sembari menunggu lelah.
Oh ya parkir kendaraan untuk mortor Rp 5000 sedangkan mobil Rp 10.00 selama seharian penuh. Untuk tiket masuk kawasan gunung munara sendiri sebenarnya sukarela karena tidak ada harga khusus yang dicantumkan tapi biasanya Rp. 3000 saja dibayrkan pada orang yang berjaga dimarkas para pecinta alam warga sekitar.
Track yang cukup menanjak hampir tidak menemukan tanah datar membuat saya cukup kelelahan. Namun perlahan sampai juga akhirnya dipuncak Munara. Ya saya berhasil menajakan hanya 1 jam saja cukup lumayan menguras tenaga.
Tebing2 terjal disekitar puncak munara
Setiba dipuncak pemandangan yang disuguhkan cukup menarik. Berada dibebatuan tinggi dimana kita harus memanjat bebatuan tinggi itu seperti itu sangat menantang adrenalin. Namun semua akan terbalaskan ketika sampai dipuncaknya, pemadanganya sangat luas biasa, kita bahkan bisa melihat keadaan sekitarnya tanpa terhalang apapun.
Ada banyak spot yang bisa dijadikan sebagai lokasi pemotretan entah itu akar2 pohon besar, bebatuan tinggi, gua-gua yang berhimpitan hingga pohon-pohon yang sangat besar. Oh ya disini juga terdapat gua tempat bertapa hingga mitos keberadaan jejak kaki kabayan.
Sekitar 3 jam berada diatas akhirnya saya memutuskan untuk turun karena cuaca seperti akan turun hujan. Ketika turun saya sempat mengabadikan foto dimana ada bukit tinggi yang dikelilingi oleh petai heee baru tahu kalo pohon petai bentuknya seperti itu.